Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kronologi Karyawan Resign Massal dari Twitter Usai Ultimatum Elon Musk

November 19, 2022 Last Updated 2022-11-19T07:27:59Z


Karyawan Twitter memutuskan untuk resign setelah mendapat ultimatum dari pemilik baru perusahaan media sosial itu, Elon Musk, yang mengatakan kerja ekstra keras atau mundur.


Mengutip CNN, mantan karyawan Twitter menuturkan akibat ultimatum tersebut resign massal alias eksodus terjadi di perusahaan tersebut.


Miliarder Elon Musk resmi jadi pemilik tunggal Twitter usai menuntaskan akuisisi senilai US$44 miliar (Rp683,3 triliun) pada Oktober kemarin.


Begitu sukses menuntaskan akuisisi, menurut sumber, Musk memecat CEO Twitter Parag Agrawal, Chief Financial Officer Ned Segal, dan kepala urusan hukum dan kebijakan Vijaya Gadde, sosok sentral di balik pemblokiran mantan Presiden AS Donald Trump.


Tak berhenti sampai di situ, The New York Times melaporkan Sean Edgett, penasihat umum, juga dipecat. Bloomberg turut melaporkan Chief Customer Officer Sarah Personette, yang sempat berkicau senang dengan akuisisi oleh Musk ini, senasib.


Lebih lanjut, dua hari lalu, Elon Musk juga memecat insinyur perangkat lunak Twitter Eric Frohnhoefer melalui sebuah cuitan. Langkah itu diambil kurang dari sebulan setelah Musk mengakuisisi perusahaan media sosial itu senilai US$44 miliar atau Rp680 triliun.


Melansir CNN Business, Rabu (16/11), Musk berselisih Frohnhoefer di Twitter yang berakhir dengan miliarder itu mencuitkan, "dia (Frohnhoefer) dipecat".


Frohnhoefer pun mengonfirmasi bahwa dia kehilangan akses ke sistem internal Twitter.


Pemecatan terjadi setelah Frohnhoefer mencuitkan bukti yang menunjukkan bahwa Musk salah tentang klaimnya bahwa Twitter berjalan sangat lambat di berbagai negara.


Sementara, Frohnhoefer mengetahui pemecatannya itu ketika seorang teman mengirimkan cuitan Musk. Ia mengatakan bahwa bahkan tidak ada pihak Twitter yang menghubunginya mengenai pemecatan tersebut.


Tak hanya Frohnhoefer, beberapa karyawan Twitter lainnya juga dipecat pada Selasa (15/11).


Hal itu diketahui dari email yang berisikan bahwa perilaku para karyawan tersebut telah melanggar kebijakan perusahaan.


Beberapa spekulasi muncul, upaya Musk dalam memecat para karyawan Twitter adalah reaksi terhadap komentar yang mereka buat di saluran internal Slack. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir karyawan Twitter diketahui sangat jujur dalam mengkritik Musk di Slack perusahaan.


Sementara itu, Musk menanggapi berita pemecatan dengan mengatakan permohonan maaf. "Saya ingin meminta maaf karena telah memecat para jenius ini. Bakat mereka yang luar biasa tidak diragukan lagi akan sangat berguna di tempat lain," ungkap Musk.


Twitter di bawah Musk telah memecat setengah dari tenaga kerjanya awal bulan. Pemecatan dilakukan tak lama setelah Musk mengambil alih perusahaan media sosial itu.


Musk mengkritik pengeluaran dan budaya kerja Twitter sebelum ia beli. Ia mengatakan perusahaan membutuhkan pemotongan biaya yang tajam dan memulai kembali layanannya.


Beberapa karyawan Twitter yang mengkritik Musk secara terbuka atas langkah-langkah tersebut kemudian juga ikut dipecat.


Sementara itu, dua karyawan Twitter Singapura menceritakan momen di-PHK pada awal November ini usai platform media sosial itu diakuisisi oleh Elon Musk.


Abigail dan Carmen (bukan nama sebenarnya) menyebut tindakan Elon Musk yang memecat lebih dari 50 persen karyawan Twitter ini sebagai PHK serampangan dan tak berempati.


"Saya pikir ini bukan cara tepat untuk menangani transisi. Saya mengerti dengan manajemen baru, kepemimpinan baru, mereka menginginkan perubahan. Tapi mereka benar-benar tidak memikirkan ribuan karyawan secara global," kata Carmen dilansir dari CNA, Kamis (17/11).


"PHK di Twitter tidak seperti PHK di industri teknologi lainnya, karena skala yang besar dan cara serampangan yang mereka lakukan," kata Abigail.


Ia mengatakan mulanya pada hari PHK terjadi, Jumat (4/11) pagi, Carmen sedang menuju ke kantor ketika mendapat surel yang mengatakan bahwa akan ada PHK dan sejumlah akses karyawan akan tidak berfungsi. Surel itu menyarankan agar para karyawan tidak pergi ke kantor. Carmen pun pulang menuju rumah.


Dalam waktu satu jam, rekan-rekan Carmen di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika kehilangan akses ke sistem perusahaan seperti email dan Slack. Ketika informasi terkait PHK ini sudah menyebar di AS, Carmen mengaku rekan-rekannya di kawasan Asia-Pasifik mulai mempersiapkan diri.


Meski telah mengantisipasi PHK, namun mereka tetap terkejut dengan kejadian yang berlangsung cepat itu.


Pasca pemecatan itu, Musk mengirim pesan ke Twitter staf TWTR.MX memberi tahu bahwa mereka memiliki waktu hingga Kamis (17/11) besok untuk memutuskan tetap mau bekerja tapi dengan intensitas tinggi dan jam kerja panjang atau memilih berhenti lalu mengambil paket pesangon tiga bulan gaji.


Musk memberi tahu karyawan Twitter bahwa siapa pun yang tidak mengklik tautan yang mengonfirmasi "Saya ingin menjadi bagian dari Twitter baru" sampai Kamis malam waktu New York akan dianggap telah memutuskan untuk berhenti.


"Apapun keputusan yang Anda buat, terima kasih atas usaha Anda untuk membuat Twitter sukses," kata pesan tersebut.


Kini sebagian besar karyawan Twitter memutuskan hengkang dari perusahaan tersebut dari pada harus bekerja ekstra keras dengan jam kerja yang lebih lama.[SB]

×