Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Pidato Mega di HUT PDIP: Sinyal Dukung Puan, Peringatan untuk Ganjar

Januari 11, 2023 Last Updated 2023-01-11T04:12:08Z


Pidato Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam perayaan HUT PDIP ke-50 dinilai sebagai sinyal bahwa partainya akan mengusung Puan Maharani pada Pilpres 2024.


Di sisi lain, pidato Megawati juga dinilai sebagai peringatan bagi Ganjar Pranowo yang bermanuver politik menghadapi pilpres mendatang.


Megawati berpidato lebih dari satu jam di hadapan ribuan kader yang hadir dalam perayaan HUT di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1).


Dalam pidatonya, Mega menyampaikan banyak hal, di antaranya sejarah PDIP, kesetaraan gender hingga peringatan untuk para kader yang tidak taat aturan.


Mega menyebut kader perempuan PDIP harus siap bertempur dan memimpin. Mega berpandangan laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan setara.


Ia menyinggung sejumlah pemimpin perempuan yang menurutnya berani dan berhasil. Mulai dari Ratu Sima sampai seorang pejuang perempuan dari Aceh Malahayati.


"Partai itu sama aja, kalau saya bilang siap tempur gitu, lalu perempuannya (diam saja), waduh, mateng dah gua," kata Mega.


Mega juga mengingatkan para kader PDIP untuk taat aturan. Dia mengatakan tak ragu-ragu akan memecat kader yang melanggar aturan partai.


"Kita diparingi loh sama Gusti Allah loh, bisa jadi begini loh. Jadi kalau saya dengan segala hormat saya, kalau ada anak buah yang sudah di dalam aturan partainya harus sampai tingkat pemecatan, saya teken, jreet. Jadi jangan bikin tangan ibu ini untuk membuat itu," kata Mega.


Megawati Soekarnoputri didampingi Jokowi, Ma'ruf Amin, Puan Maharani di acara HUT PDIP ke-50 di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi berpendapat dalam konteks kekinian, yakni Pilpres 2024, pernyataan Mega itu bisa jadi merupakan sinyal partai berlogo banteng bakal mengusung Puan Maharani untuk maju.


Sejauh ini, selain Puan, ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menguat sebagai capres di PDIP.


"Bisa saja dia berkilah, ini kan banyak (kader perempuan), ada Tri Rismaharini, ada kader kepala daerah mereka. Tapi kalau presiden tentu levelnya pada Puan Maharani," kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (10/1) malam.


Ia berpendapat Puan berpeluang besar untuk diusung. Hal itu tidak terlepas untuk menjaga keberlanjutan trah Sukarno di tubuh PDIP. Ditambah lagi partai pasti perlu regenerasi kepemimpinan.


Jika PDIP mengusung Ganjar dan menang pada Pilpres 2024, posisi Puan untuk menggantikan Megawati bisa terancam.


"Untuk menggerakkan partai kan perlu modal politik dan modal ekonomi. Kalau dia (Puan) presiden atau wakil presdien, modal politik sudah ada di tangan dan itu sangat memungkinan untuk mobilisasi sumber daya, dan posisinya kuat dibandingkan kader lain," kata Asrinaldi.


"Nah, kalau posisi Puan tidak kuat sementara ada kader PDIP yang kuat, misal Ganjar, ya bahaya bagi Puan," imbuh dia.


Asrinaldi juga menilai, jika benar mengusung Puan, akan ada perpecahan di internal PDIP. Namun, hal itu tidak akan berpengaruh banyak pada suara partai.


"Yang lari ke Ganjar tidak akan sebanyak yang tinggal di PDI Perjuangan, bisa saja pendukung Ganjar lari, tapi apakah akan mengubah dukungan ke PDI Perjuangan? Saya pikir tidak signifikan dibandingkan dengan suara yang didapat," katanya.


Senada, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai pidato Mega yang banyak menyoroti peran dan kepemimpinan perempuan bisa saja dimaknai sebagai sinyal partai itu mengusung Puan.


Apalagi, Puan merupakan kader ideologis PDIP. Selain itu, Puan memiliki keunggulan sebagai trah Sukarno.


"Apakah itu salah satu sinyal rekomendasi untuk mengusung Puan, bisa saja, karena Puan ini kan sudah istilahnya bertungkus lumus (berjuang) di PDIP, baik secara ideologis sebagai kader, yang unik punya trah biologis Sukarno yang dalam beberapa hal tidak bisa dimiliki oleh Ganjar," kata Agung.


Namun ia menyoroti rendahnya elektabilitas Puan dibandingkan dengan Ganjar dan beberapa nama calon presiden yang beredar.


"Tapi Puan harus diakui sampai saat ini belum memiliki elektabilitas yang memadai ketika harus melawan capres yang hari ini bertengger (di survei) selain Ganjar sebagai kader PDIP," katanya. 


Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah memandang pernyataan Megawati soal peran perempuan bisa bermakna pada dua hal.

Pertama, Mega memberikan sinyal pada Puan untuk tidak ragu jika memiliki iktikad memimpin secara nasional di 2024. Puan kata dia, didorong untuk ikut berupaya agar diusung sebagai capres PDIP.


"Ini pasti menjadi keinginan Megawati untuk usung Puan, hanya saja Puan perlu tunjukkan legitimasi kelayakan diusung dengan perlihatkan kinerja," kata Dedi.


Kedua, ia menilai bukan tidak mungkin justru penanda Megawati ingin kembali bertarung di 2024, mengingat PDIP sejauh ini menjadi partai pemenang yang cukup dominan meninggalkan partai lainnya.


"Kepercayaan diri Megawati sangat mungkin tumbuh jika melihat di partainya banyak tokoh yang bisa menjadi pemengaruh, misalnya Jokowi, Ganjar, Puan dan tokoh-tokoh di daerah," katanya.


Peringatan untuk Ganjar

Asrinaldi menilai pernyataan Megawati untuk para kader yang tidak taat aturan bisa jadi ditujukan kepada Ganjar yang banyak melakukan safari hingga manuver politik.


Menurutnya, dari pernyataan itu, Mega ingin memberikan gambaran soal kader yang bisa saja disanksi karena tidak taat aturan.


Ganjar beberapa waktu lalu memang pernah mendapat sanksi ringan oleh Bidang Kehormatan DPP PDIP buntut pernyataan siap maju di Pilpres.


"Dari pembicaraan ini bisa saja yang dimaksud itu adalah Ganjar Pranowo karena beliau juga banyak lakukan safari politik, banyak manuver politik, bahkan relawan juga deklarasikan bakal mendukung Ganjar, dan itu bagi Megawati ancaman terhadap kebijakan partai yang ada di tangan beliau untuk pencalonan presiden," kata Asrinaldi.


Ganjar Pranowo di acara HUT PDIP ke-50 di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023). (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Sementara itu, Dedi berpendapat HUT PDIP secara khusus terlihat seperti agenda konsolidasi internal dan penguatan kewenangan Mega sebagai ketum partai yang berhak menentukan capres.


"Itulah sebab tidak mengundang Ketum partai lain, dan berisi statement penegasan terkait kepatuhan kader pada partai," katanya.


Ia menyebut situasi itu sekaligus untuk menghardik kader yang selama ini gemar lakukan manuver politik, semisal Ganjar juga Presiden Joko Widodo (Jokowi).


"Kegenitan Ganjar dan Jokowi dalam waktu-waktu terakhir ini cukup terkesan mendahului Megawati sebagai penentu di PDIP," ucapnya.


Namun, Agung Baskoro menilai pernyataan Megawati itu tetap akan sulit untuk menyetop Ganjar bermanuver politik.


Ia mengatakan Ganjar begitu percaya diri lantaran memiliki elektabilitas yang tinggi. Di saat yang sama, Presiden Jokowi beberapa kali memberi kode bakal mendukung Ganjar.


"Yang bisa dilakukan PDIP atau Bu Mega adalah justru bukan mengerem Ganjar, tapi berkomunikasi intensif dengan Pak Jokowi, karena Ganjar percaya diri, berani, itu adalah endorse yang intensif yang dilakukan Jokowi," katanya.


Ia mengatakan dalam Pilpres 2024, Jokowi bisa menjadi king maker dan Megawati sebagai queen maker.


Menurutnya, dua tokoh itu harus duduk untuk mencari solusi dari adanya jagoan masing-masing di internal partai.


Agung mengatakan duet Ganjar-Puan bisa jadi opsi yang diambil. Ia menyebut Ganjar memiliki elektabilitas kuantitatif sementara Puan memiliki elektabilitas kualitatif.


"(Elektabilitas kualitatif) maksudnya dia lama di partai, dia punya karier lintas kekuasaan, anaknya Megawati, cucunya Soekarno, yang itu semua tidak dimiliki oleh Ganjar. Tapi sisi negatif (Ganjar-Puan) ceruk pemilih jadi mengecil," katanya.[SB]

×