Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ahli BRIN: Gunung Bawah Laut Pacitan Bisa Picu Tsunami Jika Aktif

Februari 22, 2023 Last Updated 2023-02-22T11:10:12Z


Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adrin Tohari menyebut gunung bawah laut di perairan Pacitan, Jawa Timur, bisa berpotensi tsunami.


Prediksi itu ia sampaikan apabila ada penelitian lanjutan yang mengungkapkan bahwa gunung bawah laut itu aktif.


"Saya belum dapat informasi itu terkait apakah bisa menghasilkan erupsi bawah laut kemudian kaya di Tonga, ya erupsi gunung api bawah laut yang memicu tsunami," ujar dia di kantor BRIN, Rabu (22/2).


"Tapi kalau misalnya dia aktif dan tiba-tiba meletus, ya bisa menyebabkan tsunami kaya tsunami di Tonga ya. Itu karena erupsi bawah laut," sambungnya.


Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga sempat menjadi sorotan usai erupsi pada Januari 2022. Letusan Gunung berapi bawah laut itu menyebabkan tsunami yang dikhawatirkan berdampak ke sejumlah negara.


Sebelum meletus, gunung api bawah laut itu juga sempat memuntahkan abu, uap, dan gas yang menyembur hingga 17 kilometer ke udara. Abu vulkanik dilaporkan mencapai Nuku'alofa, ibu kota Tonga.


Jika gunung bawah laut Pacitan itu aktif dan terjadi erupsi, Adrin menyebut akan ada sedimen yang runtuh sehingga menyebabkan terjadinya perubahan volume yang mendorong air dari dasar laut.


Dengan demikian, volume air itulah yang menjadi gelombang tsunami hingga ke daratan.


Kendati demikian ia menyebut harus ada penelitian lanjutan apakah temuan gunung bawah laut di Pacitan itu aktif atau tidak. Kemudian, peneliti bisa menyimpulkan anomali gelombang yang dihasilkan.


Badan Informasi Geospasial (BIG) sebelumnya menemukan gunung bawah laut di perairan Pacitan pada koordinat 111,039 BT dan 10,661 LS. Tingginya mencapai 2.200 meter di kedalaman sekitar 6.000 meter, dengan puncak pada 3.800 meter di bawah permukaan laut.


Terpisah, dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman mengungkapkan potensi bencana non-vulkanik dari gunung tersebut.


Menurutnya, gundukan itu bisa menjadi sesuatu yang tidak stabil dan mengakibatkan longsor di bawah laut. Jika volumenya besar, gunung itu akan mengganggu kesetimbangan kolom air laut.


"Ketidakstabilan lereng bisa sangat terjadi jika terjadi seismik gap, hal ini juga di-state di paper tersebut," kata Mirzam seperti dikutip dari situs resmi ITB.


Paper yang dimaksud Mirzam adalah jurnal berjudul 'The Java margin revisited: Evidence for subduction erosion off Java' yang terbit 2006. Di dalam jurnal tersebut, terungkap ada lima hingga 10 'tonjolan' bawah laut serupa di sekitar gunung bawah laut Pacitan tersebut.


Mirzam menjelaskan gunung ini terbentuk karena efek kompleksitas zona subduksi di selatan.


Zona subduksi (subduction zone) merupakan batas lempeng berupa tumbukan dengan salah satu menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan.


Subduksi ini, kata Mirzam, sudah dimulai kurang lebih sejak 55 juta tahun lalu. Hal tersebut menghasilkan magmatisme yang muncul ke permukaan sebagai gunung api yang terbentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.[SB]

×