Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sisi-sisi Gelap AI Macam ChatGPT, Plagiarisme Hingga PHK

Februari 25, 2023 Last Updated 2023-02-25T04:30:08Z


Bisa hasilkan tulisan level akademik tinggi menjadi salah satu keunggulan platform chatbot kecerdasan buatan generasi terkini seperti ChatGPT. Namun, ada sederet sisi gelap dari penggunaan AI ini.


Belakangan, AI menarik perhatian dunia lantaran 'ulah' ChatGPT yang unjuk gigi menghasilkan teks dengan mutu tinggi. Lewat beberapa eksperimen, produk perusahaan OpenAI itu mampu menjawab ujian magister bisnis dan kedokteran.

 

OpenAI selaku pembuat ChatGPT sudah memperingatkan platform ciptaannya memiiki batasan. Misalnya "terkadang menulis jawaban yang terdengar masuk akal tetapi salah atau tidak masuk akal."

 

AI produk perusahaan lainnya kemudian menyusul, termasuk Bard dari Google dan Bing AI dari Microsoft.

 

Berikut sederet potensi besar ChatGPT dalam konteks negatif, yang dirangkum CNNIndonesia.com dari berbagai sumber:

 

Spam di aplikasi kencan

Berkomunikasi dengan orang lain tidak selalu mudah, salah satunya di aplikasi kencan. ChatGPT dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan menggantikan orang melakukan obrolan di aplikasi kencan.

 

Meski tampak tidak berbahaya, keintiman lewat komunikasi alami yang seharusnya dihasilkan lewat aplikasi kencan tidak akan berhasil karena salah satu pihak digantikan mesin.

Malware

ChatGPT yang dapat membuat malware atau program jahat memang menakutkan. Platform dapat melakukannya tanpa henti karena AI tidak tidur.

 

Majalah Infosecurity menulis "peneliti cybersecurity mampu membuat program polimorfik yang sangat sulit dipahami dan sulit dideteksi."

 

Pada dasarnya para peneliti dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk menghasilkan kode untuk malware, kemudian menggunakan aplikasi tersebut untuk membuat variasi pada kode tersebut agar sulit dideteksi atau dihentikan.

 

"Dengan kata lain, kami dapat memutasikan keluaran dengan cepat, menjadikannya unik setiap saat," kata para peneliti kepada Majalah Infosecurity.

Gusur penulis

Produk utama dari ChatGPT adalah tulisan. Platform ini pun sangat mungkin untuk menggantikan penulis profesional.

 

"Seorang klien memberi tahu saya dia tidak akan lagi membayar saya untuk menulis konten untuk situs webnya karena A.I. dapat menulisnya secara gratis," kicau kolumnis Jason Colavito.

 

"Tetapi dia ingin membayar saya dengan tarif lebih kecil dari biasa untuk 'menulis ulang' dengan kata yang berbeda sehingga dapat melewati penapisan deteksi A.I," lanjutnya.

 

Meski begitu, sejumlah pihak menilai AI ini belum sempurna. Salah satu ketidaksempurnaannya adalah bisa salah dalam memberikan jawaban atau inkonsisten terkait penggunaan kata-kata atau diksi.

 

Tipu HRD

Sebuah firma konsultan melaporkan tulisan yang dibuat oleh ChatGPT ketika proses melamar kerja berhasil mengalahkan 80 persen pelamar lainnya.

 

Hal ini disebut karena ChatGPT dapat menggunakan kata kunci yang menarik untuk para perekrut dan aplikasi perangkat lunak yang mereka gunakan untuk memfilter tulisan.

 

Phishing dan scamming

Hingga saat ini belum ada bukti ChatGPT digunakan untuk phishing dan scamming. Phishing dan scamming sendiri biasanya mudah dikenali dari penulisan yang buruk, sehingga kejahatan jenis ini mudah dihindari.

 

Jika para penjahat menggunakan ChatGPT untuk membuat pesan scam, maka kemungkinan akan lebih sulit untuk mengidentifikasinya.

 

Nyontek

ChatGPT diketahui dapat menjawab berbagai pertanyaan, termasuk yang berkaitan dengan tugas dan ujian sekolah. Meski penggunaan macam ini bisa diprediksi, ChatGPT yang lebih canggih kemungkinan bisa membingungkan guru.

Potensi ChatGPT untuk digunakan menyontek ini pun membuat Departemen Pendidikan New York City memblok akses ke platform itu pada perangkat yang terhubung dengan internet di sekolah-sekolah negeri.

Masalah hak cipta

Alih-alih mempermudah pekerjaan manusia, platform dengan AI juga sempat bermasalah dengan hak cipta.

 

Perusahaan penyedia foto Getty Images mengumumkan gugatan terhadap Stability AI, perusahaan pembuat aplikasi foto seni AI populer Stable Diffusion.

 

Dalam gugatannya, Getty Image menuduh perusahaan teknologi tersebut melakukan pelanggaran hak cipta. Getty Image menuduh Stability AI menyalin dan memproses jutaan gambar milik mereka tanpa mendapatkan lisensi yang sesuai.

 

Perusahaan menilai Stability AI tidak mengejar lisensi dari Getty Images. Pihaknya pun menempuh jalur hukum karena menganggap pengembang mengejar keuntungan komersial sendiri.

 

Robot pembunuh

Terlepas dari kecanggihan teknologi AI, sejumlah pengamat mengkhawatirkan penggunaan AI terutama dalam pertempuran yang terjadi di kota. Pasalnya, AI tak mengerti soal Hukum Konflik Bersenjata (Laws of Armed Conflict) dan bisa berpotensi menjadi robot pembunuh.

 

Di bidang militer, AI sendiri dibutuhkan "menyediakan bantuan robotik di medan pertempuran, yang dapat membuat pasukan mempertahankan atau melebarkan kapasitas tempur, tanpa perlu meningkatkan jumlah pasukan".

 

Singkatnya, sistem robotik akan mengerjakan tugas yang dianggap kasar atau terlalu berbahaya untuk manusia. Tugas-tugas itu antara lain memberi pasokan untuk pasukan, pembersihan ranjau, atau pengisian bahan bakar pesawat di udara.

 

Angkatan Udara AS (USAF) misalnya yang menerbangkan jet tanpa awak sebagai 'Loyal Wingman' untuk mendampingi jet yang dikemudikan manusia. Jet nirawak itu bertugas untuk melawan musuh, menuntaskan misi, atau membantu pilot melakukannya.

 

Selain itu, AI juga dianggap punya pandangan sempit tentang dunia sehingga mereka gagal menavigasi konflik di dalam kota. Alhasil, para ahli khawatir armada tempur berteknologi AI akan menjadi 'robot pembunuh'.

 

Tingkat kekhawatiran pun terbilang tinggi hingga membuat Human Right Watch meminta larangan penggunaan penuh AI otomatis untuk membuat keputusan krusial.

 

Mereka ingin ada larangan serupa terhadap AI, tak beda dengan larangan terhadap penggunaan senjata biologis dan kimiawi.[SB]

×