Utang Country
Garden sebesar US$191,7 miliar atau setara Rp2.931 triliun (asumsi kurs Rp15.294
per dolar AS) berbuntut panjang dan merembet ke mana-mana. Pasalnya, utang
membuat nyaris sejuta rumah di China mangkrak dan para pekerjanya tak digaji.
Nomura selaku
bank investasi asal Jepang mengklaim jumlah unit yang masih harus diselesaikan
raksasa properti China itu. Namun, Country Garden belum memberikan keterangan
resmi nasib nyaris sejuta rumah tersebut di tengah gunungan utang perusahaan.
Di lain sisi,
Manajer Penasihat Investasi di Centaline Property Agency Cabang Tianjin Gao Fei
menyebut proyek rumah di lokasi tersebut biasanya jarang mangkrak. Ia
memperkirakan itu berdasarkan data 12 dari 300 lokasi hunian yang siap dijual.
Meski begitu,
Gao mengakui beberapa proyek properti di China banyak yang progres
pembangunannya melambat.
"Di China,
itu adalah fenomena umum karena sekarang semua pengembang mengontrol ritme
konstruksi berdasarkan tingkat penjualan. Jadi, begitu penjualan melambat,
konstruksi juga akan melambat," katanya kepada Reuters, dikutip Kamis
(24/8).
Meski belum ada
data resmi berapa proyek rumah Country Garden yang mangkrak imbas utang Rp2.931
triliun, para pekerja mengaku khawatir akan nasib mereka. Bahkan, beberapa
pekerja proyek mengaku gajinya belum dibayar.
Wang, salah
satu pekerja berusia 50 tahun, menyebut dirinya berhenti bekerja di lokasi
proyek Yunhe Shangyuan. Ia mengaku tak digaji Country Garden sejak Tahun Baru
Imlek pada Januari 2023 lalu.
"Saya
berada di bawah banyak tekanan. Saya punya istri dan anak yang akan kembali ke
sekolah, juga orang tua lanjut usia. Para pekerja tidak bisa hidup
begini," kata salah satu pekerja lainnya bermarga Wei.
Di lain sisi,
tumpukan utang juga dirasakan perusahaan properti lain bernama Evergrande.
Meski begitu, utang Country Garden cuma sekitar 59 persen dari total utang
Evergrande yang mencapai US$330 miliar.[SB]