Arab Saudi kembali menunjukkan 'pembangkangan' terhadap mitra baratnya, Amerika Serikat (AS), terkait eskalasi konflik di Laut Merah.
Arab Saudi, yang sebelumnya menolak bergabung ke satuan tugas (Satgas) Operation Prosperity Guardian pimpinan AS, kini juga menolak wilayahnya dijadikan base untuk menyerang Yaman.
Dilansir situs Al Monitor, Sabtu (2/3/2024), Arab Saudi memang tidak setuju pada agresi militer AS dan Inggris yang membombardir Yaman.
Adapun AS, mengklaim bombardemen ke Yaman ditujukan ke Yaman hanya untuk menyasar fasilitas militer kelompok Ansarallah Houthi untuk melemahkan kekuatan blokade Laut Merah.
Angkatan Bersenjata Yaman yang terafiliasi kelompok Ansarallah Houthi memblokade Laut Merah bagi segala yang terkait entitas Israel sebagai dukungan bagi rakyat Palestina melawan agresi negara pendudukan tersebut.
Untuk melemahkan blokade itu, pemerintah AS tengah berupaya untuk mendapat dukungan lebih besar dari negara-negara pesisir Teluk Persia.
Namun, upaya tersebut sepertinya kembali gagal seiring penolakan Arab Saudi yang tak mau AS menyerang Yaman dari pangkalan-pangkalan militer di wilayahnya.
Arab Saudi Tak Mau Lagi Jadi Bagian dari Perang dengan Yaman
Satu di antara alasan mendasar Arab Saudi menolak membantu AS adalah pertimbangan Riyadh yang tak ingin proses perdamaian dengan Sanaa menjadi rusak.
Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi Faisal bin Farhan mengumumkan minggu ini bahwa Riyadh “berkomitmen penuh” terhadap perjanjian perdamaian Saudi-Yaman, yang akan “siap untuk ditandatangani sesegera mungkin.”
Tanda-tanda perdamaian Yaman dan Arab Saudi ini ditunjukkan oleh pembukaan kembali jalan Sanaa–Sarwah–Marib pada 22 Februari.
Jalan strategis tersebut telah ditutup sejak tahun 2015.
Jalan ini menghubungkan ibu kota Yaman, Sanaa – yang dikelola oleh gerakan perlawanan Ansarallah (Houthi) – dengan provinsi Marib yang kaya energi, yang sebagian wilayahnya dikuasai oleh Partai Islah yang didukung Arab Saudi.
Sebuah sumber lokal mengkonfirmasi kepada TC bahwa inisiatif ini menandakan menghangatnya hubungan antara Ansarallah dan Partai Islah yang didukung Arab Saudi.
Kedua kelompok tersebut secara berkala berselisih satu sama lain selama sembilan tahun perang di negara tersebut.
“Partai Islah menguasai [sebagian] Marib. Mereka menjadi lebih mendukung Ansarallah. Banyak anggota Islah yang sebelumnya membelot [ke Ansarallah]. Sekarang, hal ini terjadi dalam konteks perjanjian damai dengan Arab Saudi… Saudi tidak ingin menjadi bagian dari perang ini lagi,” kata sumber tersebut.
Dia menambahkan, Marib telah menjadi “lebih dekat” dengan Ansarallah dan bahwa inisiatif pembukaan jalan ini menandakan meningkatnya “kedekatan” antara mereka dan Partai Islah, terutama setelah perang Gaza – yang telah meningkatkan popularitas lokal Ansarallah karena operasi angkatan lautnya yang pro-Palestina. di Laut Merah.
Perang Terbesar AS Sejak Perang Dunia II
Sebelumnya, Deputi Komandan CENTCOM, Brad Cooper mengatakan, perang melawan Yaman, di Laut Merah, adalah perang terbesar yang pernah diikuti Angkatan Laut AS, sejak Perang Dunia II.
Cooper menuturkan, AL Amerika Serikat, telah mengirim sekitar 7.000 tentara ke Laut Merah, dan telah menembakkan sedikitnya 100 rudal darat ke udara untuk menembak jatuh rudal-rudal dan drone Yaman.
Di sisi lain Angkatan Bersenjata Yaman, mengaku akan terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal afiliasi Israel, di Laut Merah, selama agresi militer rezim itu ke Jalur Gaza, belum dihentikan.