Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Rupiah Melemah Setelah Rilis Data Manufaktur Amerika

April 02, 2024 Last Updated 2024-04-02T07:45:03Z


Nilai tukar rupiah melemah 0,24% ke level Rp 15.894 per dolar Amerika pada perdagangan Selasa (2/4). Pelemahan diperkirakan berlanjut sepanjang hari ini.


“Penguatan dolar AS terjadi setelah data manufaktur ISM Amerika yang jauh lebih kuat dari perkiraan,” ujar Analis Pasar Uang Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Selasa (2/4).


Dari dalam negeri, Lukman menilai inflasi yang naik menjadi salah satu pengaruh pelemahan rupiah. Investor menilai kecil peluang bagi Bank Indonesia atau BI akan menaikkan suku bunga.


Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, inflasi Maret secara bulanan atau mtm 0,52% dan secara tahunan alias yoy 3,05%. Indeks harga konsumen atau IHK secara bulanan pun meningkat dari 105,58 pada Februari menjadi 106,13 pada Maret.


Untuk jangka panjang, investor mewaspadai data perdagangan Indonesia yang semakin lemah, terutama ekspor karena harga komoditas yang rendah. “Hal ini akan mengurangi kemampuan Indonesia menaikkan cadangan devisa,” ujar Lukman.


Lukman memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang 15.850 - 15.950.


Analis Pasar Uang Ariston Tjendra pun menilai rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini setelah data PMI Manufaktur AS versi ISM Maret di luar dugaan.


Data menunjukkan ekspansi dibandingkan dengan Februari yang terkontraksi. Terakhir kali PMI manufaktur AS versi ISM di level ekspansi yakni Oktober 2022.


Dengan hasil PMI tersebut, ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS datang lebih cepat bisa menurun. Hal ini mendorong penguatan dolar AS kembali terhadap nilai tukar lainnya.


“Indeks dolar AS pagi ini terlihat bergerak di atas 105 atau naik dibandingkan kemarin di kisaran 104,” ujarnya.


dari dalam negeri, data inflasi yoy Maret kembali menaik. Inflasi yang naik bisa menurunkan daya beli masyarakat. Ini bisa mengundang kekhawatiran pasar terhadap laju perekonomian dalam negeri.


“Belum lagi prospek inflasi tahun depan dengan adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN,” ujarnya.


Ia memprediksi rupiah bergerak ke level 15.950 - 159.80, dengan support di kisaran 15.880.

×