Di tengah gegap gempita prosesi nikah massal yang berlangsung di Masjid Istiqlal, Sabtu (28/6), sepasang pengantin tampak menebar haru di antara deretan pengantin.
Supriyadi (64) dan Susiati (54) bukan hanya datang sebagai peserta, tetapi juga membawa kisah cinta, kehilangan, dan kesabaran.
Pasangan senior tersebut adalah peserta tertua dalam gelaran Nikah Massal Gratis yang diinisiasi oleh Kementerian Agama. Mereka berasal dari Ciracas, Jakarta Timur.
Sejak pagi, Supriyadi dan Susiati duduk berdampingan di ruang utama salat di Masjid Istiqlal, mengenakan busana pengantin sederhana.
Namun, senyum mereka mereka layaknya pasangan pengantin baru yang tak sabar memulai lembaran hidup bersama.
“Kami bersyukur akhirnya bisa menikah secara resmi. Ini sebenarnya telah lama kami rencanakan, tapi banyak kendala yang kami lalui sebelumnya,” ujar Supriyadi.
Kisah mereka berawal dari perkenalan pada 2021, masa pandemi ketika banyak orang justru mengalami perpisahan. Namun, bagi Supriyadi dan Susiati, justru di situ mereka saling menemukan.
Keduanya sama-sama pernah menikah. Supriyadi menjadi duda setelah istrinya wafat di tahun yang sama ia bertemu Susiati. Sedangkan Susiati telah menjadi janda sejak 2009.
Hubungan mereka pun berlanjut perlahan, hingga ke jenjang pernikahan.
“Tidak mudah sampai di titik ini (nikah massal). Saya sempat mengalami trauma setelah istri meninggal. Tapi saya mantap menikah lagi karena ingin menjalankan perintah agama,” tutur Supriyadi.
Di sisi lain, Susiati memaknai pernikahan ini sebagai bentuk perjuangan yang tak mengenal batas usia.
“Butuh waktu, butuh semangat, dan butuh keyakinan. Arti pernikahan bagi kami sekarang adalah melanjutkan kehidupan di bawah rida Allah,” ungkapnya pelan.
Ia percaya, cinta tidak pernah mengenal kata terlambat. Bahkan saat sebagian orang menganggap pernikahan di usia matang sebagai sesuatu yang asing, ia justru merasa lebih siap.
“Usia hanyalah angka. Tapi semangat kami untuk meraih rida Allah tidak pernah merasa tua,” tutup Susiati dengan mata berkaca-kaca.