Langit malam selalu menyimpan misteri. Dari bintang yang berkerlap-kerlip hingga galaksi jauh yang belum tersentuh, para ilmuwan terus mencari cara untuk memahami semesta yang begitu luas ini.
Kini, sebuah terobosan besar hadir dari Pegunungan Andes di Chile: Vera C. Rubin Observatory, teleskop revolusioner yang akan memetakan seluruh langit bagian selatan Bumi setiap tiga malam.
Teleskop Vera C. Rubin, yang terletak di puncak Cerro Pachón di Chile, adalah salah satu proyek astronomi paling ambisius di dunia. Dengan teknologi canggih dan kamera terbesar yang pernah dibuat untuk observasi astronomi, teleskop ini siap mengubah cara kita memahami alam semesta.
Lebih dari Sekadar Teleskop
Berbeda dengan teleskop pada umumnya yang diarahkan ke titik tertentu di langit, Rubin Observatory punya misi sederhana namun luar biasa: melihat segalanya yang bisa dilihat. Dalam satu malam, ia akan menelusuri hamparan langit seluas tujuh kali ukuran Bulan penuh, mengambil dua gambar dalam 15 detik di setiap titik, lalu mengulanginya sepanjang malam.
Ditenagai kamera terbesar dalam sejarah astronomi dengan lensa berdiameter lebih dari 1,5 meter dan sistem tiga cermin canggih, teleskop ini akan menghasilkan 20 terabyte data per malam—350 kali lebih banyak dari yang dikumpulkan Teleskop Luar Angkasa James Webb setiap hari.
“Potensi penemuan di sini sangat besar,” kata Christian Aganze, ahli arkeologi galaksi dari Stanford University. “Kami akan bisa mempelajari sejarah galaksi Bima Sakti, bahkan melihat bagaimana materi gelap membentuk evolusinya.”
Pemetaan Kosmos Selama Satu Dekade
Rubin Observatory bukan sekadar pengamat pasif. Selama 10 tahun, ia akan membuat film time-lapse semesta—memetakan perubahan dari waktu ke waktu, dan mendeteksi segala sesuatu mulai dari asteroid yang melintas dekat Bumi hingga ledakan bintang supernova.
Dengan kemampuan ini, ia bisa:
Menemukan 90% asteroid besar yang melintas dekat Bumi
Mendeteksi ribuan planet kecil di luar orbit Neptunus
Mengungkap kuasar dari lubang hitam supermasif
Meneliti energi gelap lewat supernova tipe Ia
Mengkaji materi gelap dengan melihat gangguan gravitasi pada aliran bintang galaksi
Data yang dikumpulkan pada tahun pertamanya saja akan melampaui total data astronomi yang pernah dikumpulkan sepanjang sejarah manusia.
Dari Pencari Materi Gelap Menjadi Penjelajah Segala Hal
Teleskop Vera C. Rubin awalnya dikenal sebagai Large Synoptic Survey Telescope (LSST). Pada tahun 2020, namanya diubah untuk menghormati Vera C. Rubin, seorang astronom wanita perintis dari Amerika Serikat.
Rubin Observatory awalnya dirancang untuk satu misi spesifik: mencari tahu lebih banyak tentang materi gelap, substansi misterius yang tidak bisa dilihat tapi diketahui keberadaannya melalui pengaruh gravitasinya. Nama Vera Rubin pun diabadikan karena ia adalah ilmuwan pertama yang menunjukkan bukti kuat keberadaan materi gelap di tahun 1970-an.
Namun seiring perkembangan desainnya, para astronom sadar bahwa teleskop ini bisa menjadi alat survei universal—menjawab lebih banyak pertanyaan tentang bintang, galaksi, dan semesta itu sendiri.
“Kami tidak memilih ke mana teleskop ini harus melihat. Tujuannya adalah survei menyeluruh,” ujar Guillem Megias Homar, anggota tim dari Stanford University.
Teknologi Optik yang Memukau
Untuk mencapai ketepatan luar biasa, Rubin Observatory dilengkapi sistem optik unik tiga cermin yang memungkinkan teleskop tetap kompak namun bertenaga. Cermin utamanya berbentuk cincin dan menyatu dengan cermin ketiga, sementara cermin kedua adalah cermin cembung terbesar yang pernah dibuat.
Cahayanya diarahkan berulang kali hingga akhirnya diterima oleh kamera seukuran kubus 10x10 meter—kompak, tapi sangat kuat. Kamera ini mampu menangkap area langit seluas 45 kali ukuran Bulan penuh dalam satu gambar, jauh melampaui kemampuan Hubble dan bahkan James Webb.
“Tujuan proyek ini adalah mengumpulkan data dalam jumlah gila-gilaan,” kata Margaux Lopez, insinyur mekanik dari SLAC National Accelerator Laboratory. “Kami mencapainya dengan melihat lebih banyak langit, mengambil lebih banyak gambar, dan mendapatkan detail lebih tinggi—sebuah trifecta sempurna.”
Perjalanan Menuju Puncak Dunia
Dalam pembangunannya, semua peralatan teleskop, termasuk kamera raksasanya, harus dikirim dari Amerika Serikat ke puncak Cerro Pachón di Chile, setinggi hampir 3.000 meter. Prosesnya sangat menantang, mulai dari menyewa pesawat kargo Boeing 747 hingga menggunakan truk menaiki gunung. Tapi tim berhasil membawa semuanya hingga ke tempat tujuan, dan merakit serta menguji sistemnya dengan hati-hati.
“Kami harus bekerja seperti astronom sungguhan—tidur saat siang, bangun saat malam,” kenang Megias Homar.
Lokasi teleskop Vera C. Rubin di Cerro Pachón, di jantung Gurun Atacama, Chile, dipilih dengan alasan ilmiah yang sangat kuat. Beberapa faktor utamanya adalah:
Kondisi Langit yang Jernih: Gurun Atacama dikenal sebagai salah satu tempat terkering di dunia, dengan sedikit awan dan polusi cahaya. Ini memungkinkan pengamatan langit malam yang sangat jelas hampir sepanjang tahun.
Ketinggian: Cerro Pachón berada pada ketinggian 2.682 meter di atas permukaan laut, mengurangi gangguan atmosfer yang dapat mengaburkan gambar benda langit.
Lokasi Geografis: Posisi di belahan bumi selatan memberikan akses ke langit selatan, yang kaya akan objek astronomi menarik seperti galaksi Magellan dan pusat galaksi Bima Sakti.
Infrastruktur Astronomi: Chile sudah menjadi rumah bagi beberapa observatorium besar dunia, seperti Observatorium Paranal, sehingga memiliki infrastruktur dan keahlian untuk mendukung proyek sekelas Vera C. Rubin.
Era Baru Penemuan Langit
Kini, dunia sedang menantikan momen bersejarah: gambar pertama Rubin Observatory, yang rencananya akan dirilis pada 23 Juni 2025. Namun bagi tim teknis, perhatian pertama tetap pada satu hal: memastikan sistem optik bekerja sempurna.
Teleskop ini akan menjadi panduan utama observatorium lain, memberi peringatan dini tentang fenomena kosmik yang baru muncul. Ia adalah “mesin penemuan” yang akan membantu manusia lebih memahami asal-usul, evolusi, dan masa depan semesta.
“Proyek ini benar-benar lahir dari rasa ingin tahu,” kata Lopez. “Manusia selalu ingin mendaki gunung tertinggi dan menyelami laut terdalam. Rubin Observatory adalah bentuk modern dari semangat itu.”
Menatap Bintang, Mencari Jawaban
Vera Rubin pernah menulis, “Tak ada yang menjanjikan bahwa kita akan hidup di era ketika misteri semesta terungkap.” Tapi saat ini, kita hidup di masa di mana kita bisa mencoba.
Dengan teknologi canggih, dedikasi para ilmuwan, dan semangat untuk menjawab pertanyaan terbesar tentang alam semesta, Rubin Observatory adalah pintu gerbang menuju bab baru dalam eksplorasi kosmik.