Sejumlah tentara Israel mengakui sengaja membunuhi warga Palestina tak bersenjata yang menunggu di pusat-pusat distribusi bantuan di Gaza.
Mereka mengaku melakukan perbuatan keji tersebut berdasarkan perintah langsung dari atasan.
Pengakuan itu diungkapkan sejumlah tentara dan perwira militer kepada media Israel, Haaretz.
Mereka mengatakan komandannya telah menginstruksikan mereka untuk melepas tembakan kepada warga Palestina yang mencari makanan di titik pendistribusian bantuan meski mengetahui mereka tak menimbulkan ancaman.
Bahkan seorang tentara menggambarkan pusat-pusat distribusi bantuan tersebut sebagai “ladang pembantaian”.
Baca Juga: Tujuh Tentara Israel Tewas karena Serangan Bom Mobil di Gaza, Sempat akan Diselamatkan tapi Gagal
“Di tempat saya ditempatkan, antara satu hingga lima orang terbunuh setiap hari,” ujar tentara tersebut kepada Haaretz, seperti dilansir Middle East Eye, Jumat (27/6/2025).
“Mereka diperlakukan seperti pasukan musuh, tak ada tindakan kontrol kerumunan, tak ada gas air mata. Hanya, peluru tajam dan semua yang tak terbayangkan. Senapan mesin berat, peluncur granat, mortar,” tambahnya.
Israel sempat memblokir semua bantuan dan kebutuhan pokok masuk ke Gaza, nyaris selama tiga bulan yang dimulai dari Maret 2025.
Mereka mendorong dua juta lebih warga Palestina di Gaza hingga mencapai krisis kelaparan yang parah.
Pada akhir Mei, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), kelompok bantuan kontroversial yang didukung Amerika Serikat (AS)-Israel, mulai mendistribusikan parsel makanan terbatas di empat lokasi.
Pusat-pusat distribusi bantuan GHF umumnya hanya beroperasi selama satu jam setiap pagi.
Para perwira dan tentara mengatakan mereka akan menembaki orang-orang yang tiba sebelum jam pembukaan pusat bantuan.
Mereka berdalih penembakan dilakukan untuk mencegah warga Palestina mendekati pusat bantuan. Mereka juga melepaskan tembakan untuk memecah kerumunan setelah pusat bantuan ditutup.
“Ketika pusat bantuan dibuka, penembakan berhenti, dan mereka (warga Palestina) tahu bisa mendekatinya,” ujar salah seorang tentara Israel.
“Cara bentuk kami berkomunikasi adalah penembakan,” tambahnya.
Tentara itu juga mengatakan pasukan Israel melepaskan tembakan di pagi hari dari jarak ratusan meter, jika seseorang mencoba mengantre.
“Dan terkadang kami menyerang mereka dari jarak dekat, meski tak ada bahaya bagi pasukan,” ujarnya.
“Saya tak mengetahui adanya satu pun kejadian tembakan balasan. Tak ada musuh, tidak ada senjata,” tambah sang tentara.
Di wilayah tempat ia bertugas, operasi tersebut dilaporkan disebut sebagai Operasi Ikan Asin, yang dinamai berdasarkan permainan anak-anak Israel.
Pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 550 warga Palestina yang menunggu untuk mendapatkan bantuan, dan melukai lebih dari 4.000 orang lainnya.
Unit Advokat Jenderal Militer Israel dilaporkan telah menginstruksikan Mekanisme Penilaian Pencari Fakta Staf Umum Angkatan Darat untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang di lokasi-lokasi distribusi bantuan.
Mekanisme Penilaian Pencari Fakta Staf Umum Angkatan Darat adalah badan yang bertugas meninjau insiden yang mungkin merupakan pelanggaran hukum perang.