Chelsea menunjukkan kepada dunia bagaimana caranya mengalahkan PSG yang musim lalu mendominasi Eropa.
Tidak ada klub yang bisa menyetop sepak terjang PSG di Liga Champions musim lalu terutama setelah tim asuhan Luis Enrique menemukan performa terbaik mereka sejak 3 laga terakhir fase liga.
Man City dilibas 2-4, Liverpool juga takluk di babak 16 besar, dan Arsenal kalah 2 kali di babak semifinal.
Inter Milan bahkan dibantai Les Parisiens 0-5 di pertandingan final.
Laju Les Rouge et Bleu berlanjut di Piala Dunia Klub 2025 di mana Atletico Madrid (0-4), Bayern Muenchen (0-2), dan Real Madrid (0-4) semuanya tak bisa menemukan jawaban untuk teka-teki permainan PSG.
Chelsea lewat penampilannya di babak pertama final Piala Dunia Klub 2025, Minggu (13/7/2025) di MetLife Stadium, East Rutherford, menunjukkan kepada dunia bagaimana caranya merusak Paris SG.
PSG menghadapi lawan yang tidak biasa di final Piala Dunia Klub 2025.
Sang musuh menurunkan starting XI yang rata-rata usianya lebih muda daripada PSG.
Rata-rata umur starter Chelsea 24,27 tahun sedangkan PSG 24,72 tahun.
Sejak final Liga Champions, Paris Saint-Germain selalu menghadapi lawan-lawan top dari Eropa dengan rata-rata usia starter lebih tua daripada mereka.
Dari Inter Milan (30,27 tahun), Atletico (27,9), Bayern Muenchen (26,18), sampai Real Madrid (25).
Usia muda pemainnya berperan besar pada keberhasilan Chelsea menghancurkan PSG di babak pertama.
Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, menerapkan taktik pressing yang sangat ketat.
Para pemain PSG tidak dibiarkan berlama-lama memegang bola.
Secara konstan, semua awak Chelsea bergerak mengganggu pemain PSG yang menguasai bola.
Pendekatan itu membutuhkan stamina ekstra dan pemain-pemain muda Chelsea memiliki hal tersebut.
Karena pressing itu, PSG praktis selalu membuat kesalahan dalam membangun serangan.
Di lain pihak, Chelsea mengambil keuntungan lain dari pemain-pemain muda mereka.
Tenaga muda Chelsea juga bisa membuat para pemain mereka terus berlari.
Ada momen di mana Khvicha Kvaratskhelia yang sudah lepas di sayap kiri bisa terkejar dan ditekel oleh Trevoh Chalobah.
Bukan hanya untuk bertahan, intensnya lari yang dilakukan pemain-pemain Chelsea membuat mereka bisa melukai PSG dengan menyerang ruang-ruang kosong.
Ketika berhasil merebut bola, Chelsea kerap mengirim bola panjang atau umpan terobosan yang sangat jauh dari posisi pemain yang menjadi target.
Namun, pemain yang menjadi tujuan operan mengejar bola itu dan mendapatkannya.
Taktik ini dipakai Chelsea untuk melebarkan pertahanan PSG dan membuat pemain-pemain mereka kehilangan posisi sehingga ada ruang-ruang kosong yang bisa diserang.
Semua gol Chelsea di babak pertama praktis dibuat dengan cara itu.
PSG kelihatan tidak siap menghadapi permainan lawan seperti itu sehingga langsung kebobolan 3 gol dalam selang waktu singkat.
Cole Palmer mencetak 2 gol pada menit ke-22 dan 30 lalu membuat assist untuk Joao Pedro di menit ke-43.
Beberapa kali memang PSG bisa menembus pertahanan Chelsea tetapi lini belakang The Blues tidak membuat kesalahan.
Di antaranya keberhasilan Marc Cucurella memotong operan Desire Doue kepada Achraf Hakimi di dalam kotak penalti yang seharusnya membuahkan gol.
Paris SG merapatkan barisan dan tampil lebih baik di babak kedua tetapi sudah terlambat.
Mereka punya beberapa peluang tetapi gagal membuahkan gol, salah satunya sepakan jarak dekat Ousmane Dembele yang ditepis oleh kiper Robert Sanchez.
Pasukan Luis Enrique akhirnya harus mengakui keunggulan Chelsea.
Mungkin PSG harus merasa beruntung lantaran Chelsea tidak bermain di Liga Champions pada musim lalu.