Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

3 Keterampilan yang Sulit Digantikan AI Menurut Pakar Teknologi, Apa Saja?

Agustus 11, 2025 Last Updated 2025-08-11T05:55:53Z


Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat memicu kekhawatiran masyarakat akan hilangnya sejumlah pekerjaan di masa depan. 


Pekerjaan-pekerjaan administratif dan urusan teknis banyak yang sudah tergantikan oleh AI. Hal ini memicu ketakutan AI yang dapat mengurangi lapangan pekerjaan.


Namun, sejumlah pakar teknologi dan peneliti mengatakan, terdapat beberapa skill atau keterampilan manusia yang sulit, bahkan mungkin mustahil untuk digantikan dengan AI.


Keterampilan ini tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga elemen manusia yang bersifat unik.


Lantas, keterampilan manusia apa saja yang tak tergantikan oleh AI?


Rasa ingin tahu manusia


Dikutip dari Business Insider, Selasa (6/5/2025), peneliti AI terkemuka sekaligus profesor di California Institute of Technology, Anima Anandkumar, memiliki saran bagi anak muda yang khawatir akan masa depan, untuk selalu mengasah sikap ingin tahu.


“Saya pikir salah satu pekerjaan yang tidak akan digantikan AI adalah kemampuan untuk memiliki rasa ingin tahu dan mengejar masalah-masalah sulit,” ujar Anima.


“Jadi, bagi anak muda, saran saya adalah jangan takut pada AI atau khawatir tentang keterampilan apa yang harus dipelajari agar tidak tergantikan, tetapi tetaplah berada di jalur yang didorong oleh rasa ingin tahu,” tambahnya.


DIketahui, Anandkumar merupakan mantan direktur senior riset AI di Nvidia dan ilmuwan di Amazon Web Services. Ia meninggalkan pekerjaannya sektor swasta pada 2023 untuk kembali mengajar di dunia akademis. 


“Jangan takut pada AI. Gunakan itu sebagai alat untuk mendorong rasa ingin tahu, mempelajari keterampilan baru, pengetahuan baru, dan lakukan dengan cara yang jauh lebih interaktif,” tambahnya. 


Empati, visi jangka panjang, dan tujuan strategis


Dikutip dari The Economic Times, Sabtu (2/8/2025), CEO Zoho Corporation, Sridhar Vembu mengatakan, bahwa meskipun AI berkembang pesat, teknologi ini tidak memiliki empati, penilaian, maupun visi jangka panjang yang biasa melekat pada karakter manusia.


Menurutnya, teknologi tersebut memiliki kekurangan yakni kecerdasan kontekstual.


Kecerdasan tersebut meliputi kemampuan memahami tujuan strategis, memahami masalah pelanggan, dan kendala lintas fungsi.


Ia mengatakan bahwa manusia sebagai insinyur bertugas merancang, meningkatkan skala, dan berinovasi terhadap AI secara bertanggung jawab.


"Tanpa kendali manusia, bahkan model AI yang canggih pun dapat berkembang menjadi prasangka, inefisiensi, atau celah keamanan," ujarnya.


Oleh karena itu, peran manusia tetap krusial, bukan hanya untuk memanfaatkan AI, tetapi juga mengarahkan dan memastikan penggunaannya secara bertanggung jawab.


Pemikiran interdisipliner


Dikutip dari Business Insider, CEO Autodesk Andrew Anagnost menekankan pentingnya pemikiran lintas disiplin di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI.


Menurutnya, jika AI sudah mampu menulis kode, maka keterampilan yang lebih penting bagi manusia adalah kemampuan memahami konsep berpikir tingkat sistem dan menghubungkan berbagai disiplin ilmu.


Anagnost memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik penerbangan dan ilmu komputer, keduanya merupakan pendukung kuat pendekatan interdisipliner.


Ia mengakui pentingnya menguasai suatu bidang secara mendalam, namun menilai bahwa keahlian yang terlalu sempit kurang relevan di pasar kerja saat ini, kecuali bagi mereka yang ingin menjadi peneliti murni.


Di era ketika AI dapat menguasai keterampilan teknis tertentu, Anagnost menilai bahwa memahami beragam disiplin ilmu serta berperan dalam merancang dan menentukan cara kerja suatu produk akan menjadi semakin penting.


Ia menambahkan, manusia harus mengambil peran sebagai pengatur kreatif yang mengarahkan dan mengelola hasil kerja sistem AI.

×