Media Thailand, Thairath, melontarkan kritik tajam terhadap penyelenggaraan SEA Games 2025 yang berlangsung di negaranya sendiri. Dalam laporan terbarunya, Thairath bahkan menyebut pesta olahraga Asia Tenggara tersebut sebagai ajang yang tidak layak dikenang.
“SEA Games yang tidak layak dikenang,” tulis Thairath dalam judul artikelnya.
Meski demikian, dari sisi prestasi, Thailand sejatinya mencatat hasil yang cukup gemilang. Kontingen tuan rumah berhasil mengoleksi 233 medali emas, 154 perak, dan 112 perunggu, menempatkan Thailand di puncak klasemen akhir.
Prestasi Atlet Tertutup Buruknya Organisasi
Thairath mengakui banyak cabang olahraga Thailand tampil luar biasa, terutama di atletik, gulat, angkat besi, dan taekwondo. Namun, capaian tersebut dinilai tertutup oleh berbagai persoalan non-teknis yang mencoreng penyelenggaraan.
“Masih ada beberapa aspek yang mengecewakan dan tujuan belum tercapai,” tulis Thairath dalam laporannya.
Media tersebut menyoroti kegagalan cabang-cabang unggulan, seperti sepak bola, yang secara mengejutkan gagal menyapu bersih medali emas. Selain itu, tim sepak takraw putra Thailand juga kembali tanpa satu pun medali emas, melanjutkan tren buruk yang telah berlangsung hampir dua dekade.
Tak hanya itu, skandal dan drama kecurangan di cabang esports turut menjadi sorotan serius.
Masalah Kesiapan dan Kesejahteraan Atlet
Thairath juga mengungkap persoalan serius selama masa persiapan atlet. Banyak asosiasi olahraga disebut menghadapi kendala berat akibat keterlambatan pencairan tunjangan, fasilitas latihan yang kurang memadai, hingga manajemen yang tidak tertata.
“Setelah menjalani pelatihan hampir satu tahun dalam kondisi menantang dan persiapan yang tidak optimal, banyak asosiasi hampir menyerah selama fase persiapan,” tulis Thairath.
Atlet Dipuji, Panitia Dikecam
Dalam penilaiannya, Thairath memberikan pujian setinggi-tingginya kepada para atlet Thailand.
“Jika semangat juang atlet Thailand dinilai dari skala 1 hingga 10, kami memberi mereka lebih dari 100 poin,” tulis media tersebut.
Namun sebaliknya, panitia penyelenggara justru menerima kritik keras.
“Tidak ada yang sempurna atau patut dipuji. SEA Games ini diselenggarakan dengan buruk,” lanjut Thairath.
Media itu menegaskan bahwa banyak kelemahan penyelenggaraan telah terungkap ke publik dan dikritik habis-habisan oleh media asing.
“Dari sudut pandang organisasi, ini mungkin SEA Games yang paling terlupakan dalam sejarah,” tulis Thairath.
Rentetan Permintaan Maaf ke Negara Lain
Dalam beberapa hari terakhir, media regional juga ramai memberitakan berbagai masalah organisasi di SEA Games 2025. Delegasi Vietnam tercatat menerima tiga kali permintaan maaf resmi dari panitia penyelenggara.
Permintaan maaf pertama terkait kesalahan penampilan peta Vietnam saat upacara pembukaan.
Kedua, insiden kesalahan jadwal pertandingan bowling yang merugikan atlet Vietnam, Tran Hoang Khoi.
Ketiga, permintaan maaf dari Ketua Asosiasi Esports Thailand, Santi Lothong, menyusul kasus kecurangan pemain Thailand saat menghadapi Vietnam.
Selain Vietnam, delegasi Malaysia dan Indonesia juga sempat melayangkan protes akibat keputusan wasit yang kontroversial di sejumlah pertandingan.
Rentetan masalah tersebut semakin menguatkan kesan bahwa SEA Games 2025 meninggalkan catatan kelam, bahkan menurut media Thailand sendiri.

