Pemimpin Front Persaudaraan Islam (FPI), Rizieq Shihab, menyampaikan pandangannya mengenai penanganan bencana alam yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ia menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Prabowo Subianto sejatinya memiliki perhatian besar terhadap musibah tersebut.
Dalam ceramahnya di hadapan para jamaah, Rizieq mengaku berhusnuzan atau berbaik sangka bahwa Prabowo mendukung penetapan status bencana nasional, agar penanganan dapat dilakukan secara lebih maksimal dan terkoordinasi.
“Saya berhusnuzan, Saudara. Bapak Presiden punya perhatian besar terhadap bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Dan saya yakin beliau setuju ini dinyatakan sebagai bencana nasional,” ujar Rizieq, dikutip Jumat (26/12).
Singgung Peran Orang-Orang Terdekat Presiden
Meski demikian, Rizieq menilai hambatan utama justru datang dari orang-orang di sekitar Presiden Prabowo. Ia menyebut adanya pihak yang memengaruhi Presiden agar tidak menetapkan status bencana nasional.
“Tapi yang jadi persoalan, ada pembisik-pembisik manusia di sekitar dia yang memengaruhi Presiden supaya jangan dinyatakan sebagai bencana nasional,” katanya.
Menurut Rizieq, pengaruh lingkungan sekitar pemimpin kerap menjadi faktor krusial dalam pengambilan keputusan strategis negara, termasuk dalam situasi darurat bencana.
Bandingkan dengan Sikap Prabowo Saat Karhutla 2015
Untuk menguatkan argumennya, Rizieq menyinggung peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau pada 2015. Saat itu, Prabowo belum menjabat sebagai Presiden, sementara bencana karhutla menghanguskan ribuan hektare lahan.
Ia menilai respons pemerintah kala itu, yang dipimpin Presiden ke-7 RI Joko Widodo, berjalan lambat. Kondisi tersebut mendorong Prabowo untuk menyampaikan kritik secara terbuka melalui akun media sosial pribadinya.
“Waktu itu Presidennya Jokowi, kerjanya lambat. Akhirnya Prabowo menulis sendiri di akunnya,” ungkap Rizieq.
Dorongan Tetapkan Bencana Nasional
Rizieq menyebut, dalam unggahan tersebut Prabowo secara tegas meminta agar karhutla segera ditetapkan sebagai bencana nasional, agar bantuan—termasuk dari luar negeri—dapat segera masuk.
“Beliau mengatakan, ‘Ini harus segera dinyatakan sebagai bencana nasional, agar bantuan dari luar negeri segera datang. Jangan ditunda-tunda, ini berbahaya,’” tutup Rizieq.

