Tragedi banjir dan tanah longsor yang melanda Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, menyisakan duka mendalam. Namun, di tengah bencana tersebut, terselip kisah penyelamatan yang mengundang perhatian banyak pihak.
Yusmidar (50) bersama keluarganya berhasil selamat meski rumah mereka di kawasan Padang Laweh, Jorong Harapan, rata tertimbun lumpur saat longsor terjadi pada Jumat (28/11/2025) dini hari. Keselamatan mereka bermula dari sebuah firasat tak biasa yang dialami putri bungsunya, Asyifa Nur Rahmadhani (8), sekitar satu jam sebelum bencana datang.
Sekitar pukul 03.00 WIB, ketika hujan deras mengguyur wilayah Pasaman Barat tanpa henti, Syifa terlihat gelisah dan sulit tidur. Ia mengaku mendengar suara mendiang ayahnya—yang telah meninggal dunia lima bulan lalu—memanggil ibunya hingga tiga kali.
“Kenapa Abak memanggil Mak?” tanya Syifa dengan polos, sebagaimana dituturkan Yusmidar saat ditemui di posko pengungsian pada 3 Desember 2025.
Awalnya, Yusmidar menganggap cerita sang anak hanya bunga tidur. Namun tak berselang lama setelah Syifa kembali mencoba terlelap, bocah tersebut tiba-tiba berteriak histeris. Teriakan itu menjadi pertanda awal yang menyelamatkan seluruh keluarga.
Tak lama kemudian, suara gemuruh keras terdengar memecah keheningan malam. Dalam hitungan detik, arus air bercampur lumpur tebal menerjang dan merendam rumah hingga setinggi leher orang dewasa. Kepanikan pun tak terhindarkan.
Di tengah gelap dan derasnya terjangan lumpur, Yusmidar berusaha bertahan dengan berpegangan pada sebatang kayu. Ia terus memanggil nama anak-anaknya, meski sempat nyaris putus asa karena tak mendapat jawaban.
Keajaiban terjadi ketika ia mendengar suara lirih putranya, Azis (15), yang hampir terkubur hingga kepala. Dengan sisa tenaga, Yusmidar menerobos lumpur dan berhasil menarik Azis ke tempat aman. Tak lama kemudian, suara Syifa kembali terdengar, dan sang ibu berhasil menarik putri bungsunya dari timbunan material longsor.
Dengan bantuan warga sekitar, tiga anak lainnya—Akbar (17), Anton (22), serta ayah Yusmidar, Amirudin (75), yang menderita stroke dan sempat tertimbun—juga berhasil diselamatkan.
“Rumah kami berada di tanah tinggi, tak pernah terpikir akan hancur seperti ini. Tapi Allah Maha Besar, keluarga saya masih selamat,” ucap Yusmidar dengan suara bergetar penuh syukur.
Korban Jiwa dan Proses Pencarian Terkendala
Kisah selamatnya keluarga Yusmidar menjadi secercah harapan di tengah besarnya dampak bencana Pasaman Barat. Berdasarkan data posko bencana hingga Sabtu (6/12/2025), tercatat empat orang meninggal dunia, tiga orang dinyatakan hilang, puluhan ribu warga mengungsi, serta ribuan rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan berat.
Di lokasi longsor Tinggam, lima orang dilaporkan tertimbun material longsor. Hingga Minggu (7/12/2025), dua korban telah ditemukan meninggal dunia, yakni Yelma Yunita (41) dan Raffael Gusti Pratama (7). Sementara tiga korban lainnya—Dian Fernanda, Amrizal, dan Nurhayati—masih dalam proses pencarian.
Bupati Pasaman Barat, Yulianto, menegaskan bahwa tim SAR gabungan bersama TNI, Polri, dan relawan terus melakukan pencarian meski menghadapi kendala medan berupa lumpur setinggi hingga 10 meter serta kondisi cuaca yang belum bersahabat.


