Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

China Bangun 'Kerajaan' Militer Dekat RI, Ini Fakta-faktanya

Oktober 30, 2022 Last Updated 2022-10-30T02:18:17Z


China makin serius dalam menekankan klaimnya terkait wilayah kepulauan yang disengketakan di Laut China Selatan (LCS). Terbaru, serangkaian foto menunjukan bahwa Beijing telah membangun pangkalan militer besar di salah satu pulau di perairan itu.

Foto-foto itu, yang ditunjukan jurnalis Filipina, Ezra Acayan, memperlihatkan adanya infrastruktur militer besar yang dibangun seperti lapangan terbang dan beberapa gedung.


"Lapangan terbang, gedung, fasilitas rekreasi, dan struktur lainnya terlihat di pulau buatan yang dibangun oleh China dalam foto yang diambil pada 25 Oktober 2022 di Kepulauan Spratly, LCS," tulisnya, dikutip Radio Free Asia Jumat (28/10/2022).


Beberapa fakta pun ditemukan terkait bangunan itu dan perannya untuk China dalam sengketa LCS. Berikut daftarnya:

1. Lokasi dan pembangunan

Pangkalan militer ini dibangun di wilayah sengketa Kepulauan Paracel dan Spratly. Kepulauan ini dikenal China sebagai Xisha dan Nansha.


Kedua kepulauan ini terletak di tengah LCS. Kepulauan tersebut terletak tak jauh di Utara Kepulauan Natuna yang merupakan bagian dari kedaulatan Indonesia

2. Dibangun tahun 2016

Departemen Pertahanan AS mengatakan pada tahun 2016 bahwa China telah mereklamasi lebih dari 3.200 hektar (13 km persegi) tanah di LCS. Namun area pulau buatan saat ini diyakini jauh lebih besar karena pekerjaan reklamasi berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.


"Tiga dari pulau reklamasi yakni Mischief Reef, Subi Reef dan Fiery Cross, di Spratly, telah sepenuhnya dimiliterisasi dengan gudang, hanggar, pelabuhan laut, landasan pacu dan radar," kata Komandan Indo-Pasifik AS Laksamana, John Aquilino, mengatakan awal tahun ini.

3. Dihuni tentara

Wilayah reklamasi ini pun saat ini dilaporkan telah dihuni oleh tentara. Tercatat, ada 5 ribu tentara yang berada dalam pulau-pulau itu.


Walau begitu, laporan perusahaan keamanan siber swasta yang berbasis di AS, Recorded Future tahun lalu memperkirakan pasukan China yang ditempatkan LCS sudah lebih dari 10 ribu.


4. Area sengketa

Perlu diketahui China mengklaim 90% wilayah kepulauan LCS adalah miliknya. Ini membuatnya kerap bermasalah dengan sejumlah negara termasuk Asia Tenggara, seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, Vietnam termasuk RI di Laut Natuna Utara.


Sayangnya belum ada konfirmasi dari China. Beijing sendiri merujuk konsep sembilan garis putus-putus (nine dash line) untuk mengukuhkan kepemilikannya di wilayah kaya sumber daya alam itu.


5. Masuk wilayah kota kepulauan raksasa


Meski dalam sengketa, China juga terus membangun klaim di LCS dengan membangun sebuah kota baru. Sebuah laporan baru oleh US Naval War College menyatakan bahwa Beijing telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi yang dinamai Shansa. Luas Itu membuatnya 1.700 kali luas New York City.


Sebagian besar Kota Sansha adalah wilayah laut. Balai Kota, bisa dikatakan, ada di Pulau Woody, salah satu bagian dari kepulauan Paracel.


Dalam sebuah laporan yang tertulis di Maritime Executive, Kota Sansha telah mengawasi pengembangan pos-pos terpencil China di Laut China Selatan.


Bekerja dengan pihak berwenang di Beijing, pejabat provinsi di Hainan dan pihak terkait lainnya seperti Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), para pemimpin kota itu telah mengejar berbagai proyek infrastruktur, transportasi, telekomunikasi, pembangunan ekonomi dan pertahanan di Pulau Woody dan pendudukan lainnya.


Secara administratif, kota yang sangat luas ini disiapkan untuk dipecah kembali menjadi dua wilayah dan setidaknya akan dihuni oleh 70 organisasi akar rumput Partai Komunis China. Tak hanya itu, Beijing juga menyiapkan pengadilan untuk menegakkan hukum China di wilayah sengketa itu serta mengawasi pertahanan klaim maritim mereka.


"Pulau ini sekarang menawarkan infrastruktur pelabuhan yang diperluas, desalinasi air laut dan fasilitas pengolahan limbah, perumahan publik baru, sistem peradilan yang berfungsi, jangkauan jaringan 5G, sekolah, dan penerbangan charter reguler ke dan dari daratan." Tulis laporan US Naval War College tahun lalu.[SB]

×