Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Peneliti Harvard: Papirus Kuno Kuatkan Dugaan Yesus Pernah Menikah

Mei 18, 2023 Last Updated 2023-05-18T06:42:40Z


Peneliti dari Harvard University, Amerika Serikat, mengungkap bukti yang menguatkan dugaan bahwa Yesus pernah menikah.


Empat kata pada sebuah fragmen papirus atau kertas versi kuno yang sebelumnya tidak dikenal memberikan bukti bahwa beberapa orang Kristen paling awal percaya Yesus pernah menikah.


Karen King, profesor di Hollis Divinity School, Harvard Divinity School, mengungkapkan hal itu dalam Kongres Internasional Studi Koptik ke-10, 2012, yang diselenggarakan oleh Institutum Patristicum Augustinianum Vatikan, Roma.


Empat kata yang ditulis dalam bahasa Koptik, bahasa orang Kristen Mesir kuno, itu muncul pada fragmen tersebut dan diterjemahkan menjadi, "Yesus berkata kepada mereka, istriku."


Kata-kata itu ada di sebuah fragmen papirus berukuran sekitar 1,5 inci x 3 inci.


"Tradisi Kristen telah lama menyatakan bahwa Yesus tidak menikah, meskipun tidak ada bukti sejarah yang dapat diandalkan untuk mendukung klaim tersebut," kata King, dikutip dari ScienceDaily.


"Injil baru ini tidak membuktikan bahwa Yesus menikah, tetapi Injil ini memberi tahu kita bahwa seluruh pertanyaan itu hanya muncul sebagai bagian dari perdebatan sengit tentang seksualitas dan pernikahan," sambungnya.


Sedari awal, kata King, orang-orang Kristen tidak sepakat tentang ini. "Namun, [perdebatan] ini berakhir lebih dari satu abad setelah kematian Yesus sebelum mereka mulai meminta status perkawinan Yesus untuk mendukung posisi mereka."


Roger Bagnall, direktur Institute for the Study of the Ancient World di New York, meyakini fragmen tersebut autentik berdasarkan pemeriksaan terhadap papirus dan tulisan tangan.


Seorang ahli Koptik di Universitas Ibrani di Yerusalem Ariel Shisha-Halevy menganggap fragmen tersebut otentik berdasarkan bahasa dan tata bahasanya.


Penilaian akhir atas fragmen tersebut, kata King, tergantung pada pemeriksaan lebih lanjut oleh rekan-rekannya dan pengujian, terutama pada komposisi kimiawi dari tintanya.


Satu sisi fragmen berisi delapan baris tulisan tangan yang tidak lengkap, sementara sisi lainnya rusak parah dan tintanya sangat pudar sehingga hanya tiga kata dan beberapa huruf yang masih terlihat.


Meskipun ukurannya kecil dan kondisinya buruk, fragmen tersebut memberikan gambaran sekilas yang menggiurkan tentang isu-isu tentang keluarga, pemuridan dan pernikahan yang menjadi perhatian orang Kristen kuno.


King dan rekannya AnneMarie Luijendijk, seorang profesor agama di Princeton University, AS, percaya fragmen tersebut merupakan bagian dari Injil yang baru ditemukan.


Analisis mereka terhadap fragmen tersebut dipublikasikan Januari 2013 dari Harvard Theological Review, sebuah jurnal yang ditelaah oleh rekan sejawat atau peer review.


Dari kolektor

Fragmen berwarna kuning kecoklatan dan compang-camping tersebut adalah milik seorang kolektor pribadi anonim yang menghubungi King untuk membantu menerjemahkan dan menganalisisnya.


Kolektor tersebut memberi King sebuah surat dari awal tahun 1980-an yang menunjukkan bahwa Profesor Gerhard Fecht dari fakultas Egyptology di Free University di Berlin meyakini bahwa fragmen tersebut merupakan bukti kemungkinan pernikahan Yesus.


Ketika pemiliknya pertama kali menghubunginya soal papirus tersebut pada 2010, King mengatakan, "Saya tidak percaya bahwa itu asli dan mengatakan kepadanya bahwa saya tidak tertarik."


Namun, pemiliknya tetap gigih. Pada bulan Desember 2011, King mengundangnya untuk membawanya ke Harvard.


Setelah memeriksanya, Maret 2012, King membawa fragmen tersebut ke New York dan bersama dengan Luijendijk, membawanya ke Bagnall untuk diautentikasi.


Ketika pemeriksaan Bagnall terhadap tulisan tangan, cara tinta menembus dan berinteraksi dengan papirus, dan faktor-faktor lain, mengkonfirmasi kemungkinan keasliannya. Barulah analisis dan interpretasi fragmen itu dimulai dengan sungguh-sungguh.


Tidak banyak yang diketahui tentang penemuan fragmen tersebut, namun diyakini berasal dari Mesir karena ditulis dalam bahasa Koptik, bentuk bahasa Mesir yang digunakan oleh orang Kristen di sana selama periode kekaisaran Romawi.


Luijendijk berpendapat "fragmen yang sudah rusak seperti ini mungkin berasal dari tumpukan sampah kuno seperti semua potongan-potongan awal Perjanjian Baru."


Itu karena ada tulisan di kedua sisi fragmen tersebut. Maka dengan jelas fragmen tersebut adalah sebuah buku kuno.[SB]

×