Mantan direktur
Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), Leon Panetta, menduga Rusia akan
mengambil alih Wagner usai pemimpin tentara bayaran itu, Yevgeny Prigozhin,
diduga tewas dalam kecelakaan pesawat, Rabu (23/8).
Panetta
mengatakan Rusia kemungkinan tak bisa mempercayakan Wagner Group bergerak
sendiri, terutama setelah upaya pemberontakan kelompok itu pada Juni lalu.
"Saya rasa
mereka akan sangat khawatir mengizinkan orang-orang ini meneruskan operasi
sendiri," ujar Panetta kepada CNN.
"Jadi saya
tak akan kaget jika mereka mengambil alih kendali atas Wagner Group di Afrika,
Asia, dan di mana pun mereka berada. Karena itu, saya rasa mereka yang di dalam
Wagner Group juga harus khawatir akan nyawa mereka."
Panetta
mengutarakan pendapat ini setelah Prigozhin diduga tewas dalam kecelakaan
pesawat di Tver, Rusia.
Berdasarkan
informasi awal, seluruh penumpang pesawat itu tewas, tapi belum ada konfirmasi
resmi dari Rusia mengenai kematian Prigozhin.
Pesawat itu
juga mengangkut enam penumpang lainnya, yaitu Valeriy Chekalov, Dmitriy Utkin,
Sergei Propustin, Evgeniy Makaryan, Aleksandr Totmin, dan Nikolai Matuseev.
Chekalov
merupakan asisten Prigozhin, sementara Utkin adalah letnan kepercayaan sang
pemimpin sejak awal Wagner berdiri.
Insiden ini
terjadi berselang dua hari setelah sebuah video memperlihatkan Prigozhin sedang
berada di Afrika, "membuat Rusia lebih hebat di seluruh benua, dan Afrika
lebih bebas."
Sejak berdiri
pada 2014 lalu, kelompok tentara bayaran Rusia itu memang beroperasi di
berbagai zona konflik, termasuk di negara-negara Afrika, seperti Mali.
Beberapa
investigasi menguak keterlibatan Wagner dalam kejahatan terhadap populasi sipil
di negara-negara berkonflik tersebut, terutama di Afrika.
Wagner juga
menjadi andalan Rusia di medan tempur Ukraina. Hingga akhir tahun lalu, pasukan
Wagner menjadi tombak utama Rusia. Mereka membuka jalan bagi tentara Rusia
untuk masuk ke titik-titik penting di Ukraina.
Namun
belakangan, Prigozhin mulai membocorkan berbagai kebobrokan tentara dan pejabat
pertahanan Rusia. Ia membongkar ketidakbecusan komando dan pasukan Rusia di
lapangan yang membuat mereka kewalahan melawan Ukraina.
Tahun ini,
Wagner lantas menarik pasukannya dari Ukraina. Pada Juni lalu, Wagner
melancarkan sejumlah serangan pemberontakan di Rusia.
Selepas
kegagalan pemberontakan itu, Rusia dan Belarus mencapai kesepakatan.
Berdasarkan kesepakatan itu, Belarus akan menampung Prigozhin dan Wagner di
negaranya.
Sebagai timbal
balik, Rusia memastikan tak akan menuntut Prigozhin jika mau angkat kaki ke
Belarus.
Namun sejak
saat itu, banyak pihak menganggap Prigozhin tak akan selamat mengingat Putin
tak kenal ampun terhadap siapa pun yang melawan.[SB]