Serangan Israel kepada warga Palestina telah berlangsung lebih dari satu bulan terakhir. Hal ini ikut berdampak ke pasar modal di Indonesia.
Tercatat, korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina bertambah menjadi 11.500 orang per Rabu (15/11). Termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan yang menjadi korban.
Dilansir dari AFP, Kamis (16/11), pemerintahan Hamas di Jalur Gaza mencatat 29.800 orang lainnya luka-luka.
Israel masih melancarkan serangan ke wilayah Gaza sampai hari ini sejak 7 Oktober lalu. Teranyar pasukan Negeri Zionis itu menyerang Rumah Sakit (RS) Al Shifa.
Pasukan militer Israel merangsek masuk ke Al Shifa setelah Amerika Serikat (AS) menuduh Hamas memiliki markas komando di bawah rumah sakit tersebut.
Hamas sudah membantah tegas bahwa pihaknya memiliki markas di RS Al Shifa. Hamas menyebut pernyataan AS merupakan 'lampu hijau' bagi Israel untuk membantai warga sipil.
Pengamat Pasar Modal PT Dinamika Gelora Satya Oktavianus Audi menjelaskan dampak secara langsung dari agresi Israel terhadap Indonesia terbilang minim.
Pasalnya, kalau dilihat dari rekanan dagang dengan Israel, ekspor Indonesia hanya 0,07 persen dan ke Palestina hanya 0,0011 persen.
Selain itu, kekhawatiran terkait harga minyak mentah saat ini sudah mulai mereda sehingga kenaikan inflasi Indonesia diperkirakan tidak terpengaruh besar.
Oktavianus menuturkan IHSG sempat terkoreksi ke level terendah sejak Juni 2023. Tercatat IHSG sempat menyentuh level 6.639 pads 1 November 2023.
Tak hanya itu, rupiah pun sempat melemah ke level Rp15.929 per dollar AS karena beralihnya investor kepada aset safe heaven.
"Tetapi saat ini sudah mulai kembali rebound didorong harga komoditas yang melemah serta sentimen The Fed (bank sentral AS) yang diperkirakan mulai lebih dovish," kata Oktavianus kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/11).
Ia pun mengatakan meski saat ini dampak dari agresi Israel terhadap pasar terlihat sudah mulai mereda, investor harus tetap mewaspadai pergerakan baru yang dampaknya bisa kembali meningkatkan kekhawatiran tentang inflasi.
"Kami melihat aset safe heaven ini mulai dilepas maka akan membuka peluang arus investasi kembali masuk ke pasar saham," katanya.
Terkait seruan boikot, Oktavianus berpendapat hal itu jelas berdampak negatif terhadap emiten. Namun, jika aksi boikot ini tidak dalam jangka panjang maka akan minim efeknya terhadap laporan keuangan emiten.
"Investor saat ini bisa memanfaatkan untuk trading jangka pendek dengan tetap mewaspadai ketidakpastian ekonomi kedepannya," ucap Oktavianus.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Riska Afriani menuturkan gempuran Israel terhadap warga Palestina membuat investor asing di pasar modal RI wait and see.
Namun, langkah investor itu bukan karena Israel saja, tapi juga oleh potensi kenaikan suku bunga The Fed. Riska pun tak memungkiri hak ini membuat IHSG sempat tertekan.
"IHSG mengalami tekanan karena tekanan jual dari asing," ujarnya.
Meski begitu, Riska memproyeksi pergerakan indeks saham bakal segera membaik.
"Ke depan bagus ya. Ada potensi window dressing," katanya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana. Ia mengatakan kondisi geopolitik di Timur Tengah selama sebulan terakhir ini tentu saja menjadi cermatan bagi para investor.
Menurutnya, konflik ini menjadi kekhawatiran menimbulkan dampak ke harga komoditas global.
"Yang tentu saja akan mempengaruhi ke emiten-emiten di Indonesia dan IHSG," kata Herditya.
Dengan demikian, kata dia, para investor akan cenderung berhati-hati dan diperkirakan memilih instrumen investasi yg cenderung low risk terlebih dahulu.
Kalau melihat pergerakannya, Herditya mengatakan secara teknikal saat ini posisi IHSG sedang berada di awal fase uptrend. Hal ini berarti indeks saham masih berpeluang melanjutkan penguatannya meskipun dalam jangka pendek diperkirakan terkoreksi dulu untuk menutup gap yang ada.
"Selama sebulan terakhir ini (Oktober), IHSG memang menunjukkan trend pelemahan, bukan hanya dari sisi geopolitik namun dari sentimen lain juga mempengaruhi," kata Herditya.
IHSG berseri ke posisi 6.958 pada perdagangan Rabu (15/11). Indeks saham naik 96,14 poin atau plus 1,40 persen dari perdagangan sebelumnya.
Investor melakukan transaksi sebesar Rp10,96 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 20,77 miliar saham.[SB]