Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Harga Beras Naik, Pedagang Warteg: Bikin Pusing karena Mahal Banget

Februari 21, 2024 Last Updated 2024-02-21T03:13:24Z


Pedagang warteg di wilayah Cawang, Jakarta Timur bernama Dewi (28) mengaku pusing melihat harga beras yang kian melonjak. Pasalnya, ia sudah mengalami beberapa kali lonjakan selama empat tahun belakangan. 


"Harga beras naik bikin pusing karena mahal banget. Baru kali ini mahal," ujar Dewi di wartegnya di wilayah Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (19/2/2024). 


Lonjakan harga beras memang tidak terjadi setiap saat, tetapi tidak bisa diprediksi seperti harga cabai, bawang merah, atau bawang putih. 


Dewi pernah mengalami kenaikan harga beras setiap pekan, setiap bulan, bahkan selang beberapa jam dalam hari yang sama. Namun, harga turun kembali alias harga beras tidak pernah stabil sejak tahun 2020. "Termurah pernah Rp 480.000 per karung. Sudah lama banget ini, tahun 2020. 


Dalam empat tahun naiknya gede, sekarang Rp 780.000," ucap Dewi. Biasanya, Dewi membeli beras di agen langganannya sebanyak empat karung setiap dua minggu sekali. 


Berat masing-masing karung berkisar Rp 45-50 kilogram (kg) berdasarkan harga beras saat dibeli. Sebagai contoh, pada 3 Februari 2024. 


Dewi membeli sekarung beras seharga Rp 680.000 untuk berat 48 kg. "Pembelian berikutnya naik jadi Rp 780.000. Itu juga per karung dikurangin beratnya. Biasanya sekarung 48 kg, sekarang 45 kg. 


Berat dikurangin, tapi harga naik," papar Dewi. Sementara pembelian per liter, harganya sudah tidak ada yang berkisar Rp 10.000-Rp 13.500. 


Kini, harga satu liter beras adalah Rp 15.000. Harga naik memengaruhi harga dan porsi nasi Pedagang warteg lainnya bernama Puci (27) mengatakan, naiknya harga beras memengaruhi harga atau porsi nasi yang dijual. "Kalau harga beras naik, harga nasi bisa naik. Nanti pelanggan malah pada komplain. 


Minta dikurangin saja deh harga berasnya biar murah," ucap Puci di wartegnya di kawasan Condet, Kramatjati, Jakarta Timur, Senin. 


Menurut Puci, harga beras memengaruhi cara para pengusaha warteg mengatur harga dan porsi nasi yang dijual ke pelanggan. 


Ada yang memilih untuk menaikkan harga seporsi nasi, ada pula yang mengurangi porsi agar harga stabil Menurut Puci, dua hal tersebut sama-sama berpotensi merugikan pengusaha warteg dan para karyawannya. "Misal jual nasinya dinaikin harganya, atau dikurangin porsinya, pelanggan komplain.


Kalau porsi dikurangin, bisa dikomplain 'biasanya porsinya banyak, kok ini sedikit banget?'," kata Puci. Warteg tempat Puci bekerja selalu membeli dua karung beras setiap pekan, atau setiap sepuluh hari tergantung ramainya pelanggan. 


Saat Puci membeli dua karung beras dua pekan lalu, total harganya masih Rp 1,6 juta alias Rp 800.000 per karung seberat 50 kilogram. 


Namun, untuk pembelian selanjutnya, harganya naik menjadi Rp 850.000 per karung alias Rp 1,7 juta untuk dua karung beras. Sementara itu, penjual makanan rumahan bernama Norma (33) mengatakan, kenaikan harga beras tahun ini cukup parah. 


Ia sampai tidak habis pikir karena harga beras saat ini mencapai Rp 700.000-Rp 800.000 per 50 kg. 


 "Enggak ngotak harga beras sekarang. Gila banget mahalnya. Di pasar Jatinegara harga 50 kg beras sudah mendekati Rp 800.000," kata warga Duren Sawit, Jakarta Timur, ini saat dihubungi, Senin. Norma menyayangkan harga beras yang melonjak. 


Pasalnya, beras termasuk salah satu bahan makanan utama warga Indonesia. Bagi pedagang makanan seperti dirinya, mereka terpaksa menaikkan harga jual agar tak merugi. 


"Apalagi sekarang harga ayam, cabai, dan tomat juga pada mahal semua. Harga beras tadinya Rp 600.000 per 50 kg. Sekarang Rp 700.000-an hampir Rp 800.000-an," ujar Norma. 


Biasanya, Norma belanja beras setiap 1,5 bulan. Namun, ini tergantung pada ramainya pembeli. Pada Desember 2023, harga 50 kg beras masih pada angka Rp 600.000-an. Harga melonjak menjadi Rp 700.000-an pada Januari 2024. 


"Melonjaknya cepat banget. Langsung kaget banget pas tahu harga beras tiba-tiba naik," Norma berujar. Baik Norma, Puci, maupun Dewi, sama-sama tidak mengetahui penyebab harga beras melonjak. "Kalau karena cuaca, enggak mungkin. Sekarang bukan musim hujan dam enggak ada sawah yang kebanjiran," pungkas Dewi.

×