Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat investasi Inggris di Indonesia mencapai US$ 2,28 miliar pada periode 2019 hingga September 2024.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani merinci, pada periode tersebut investasi Inggris di Indonesia didominasi oleh sektor pertambangan 22%, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan 17%, industri makanan 11%, jasa lainnya 9,2%, serta properti, kawasan industri, dan kegiatan usaha 8,2%.
"Sehingga total investasi Inggris di Indonesia hingga September 2024 mencapai US$ 2,28 miliar," jelas Rosan dalam keterangan resmi, Jumat (22/11).
Berdasarkan lokasi, investasi Inggris lebih besar berada di luar Pulau Jawa dengan porsi 64% dibanding Pulau Jawa sebesar 36%. Lokasi dengan investasi tertinggi adalah Jawa 36%, Papua 21%, Sumatra 19%, Kalimantan 12%, serta Bali dan Nusa Tenggara 8,7%.
Di sisi lain, Inggris merupakan salah satu destinasi favorit bagi masyarakat Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri, berkat reputasi akademiknya dan kualitas pendidikan yang unggul.
Komitmen Inggris dalam mendukung pengembangan pendidikan di Indonesia semakin terlihat dengan hadirnya dua universitas asal Inggris, yaitu Lancaster University di Kota Bandung, Jawa Barat dan King's College London (KCL) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari, Jawa Timur.
Rosan juga menekankan peluang investasi di Indonesia khususnya pada sektor pendidikan, renewable energy, serta hilirisasi. Hal ini menumbuhkan optimisme kepada para pelaku usaha Inggris untuk berinvestasi di Indonesia.
Indonesia telah membuktikan daya tahannya di tengah tantangan global. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, reformasi struktural, dan visi pembangunan berkelanjutan.
"Kami mengundang investor global untuk bergabung dalam transformasi ekonomi Indonesia. Dengan dukungan kuat dari pemerintah, kami optimistis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun ke depan," ujarnya.
Sementara itu, dari sisi energi, Indonesia juga menempatkan energi terbarukan sebagai prioritas. Menteri Rosan menyebutkan potensi besar energi terbarukan di Indonesia yang mencapai 3.700 gigawatt yang berasal dari hidro, angin, tidal dan panas bumi. Khususnya panas bumi menarik karena Indonesia merupakan negara dengan cadangan terbesar di dunia, yang mencapai hingga 23 gigawatt utamanya di pulau Jawa.
"Saat ini, kami masih banyak bergantung kepada energi berbasis bahan bakar fosil, kami bertekad mengurangi ketergantungan tersebut, namun kami menyadari keterbatasan dalam hal sumber daya, teknologi, dan tenaga ahli, karena itu kami mengundang kolaborasi global untuk mewujudkan transformasi ini," ungkapnya.