×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Digadang Jadi Produsen Mobil Listrik Unggulan China, BYD Justru Tutup 20 Diler

Mei 31, 2025 Last Updated 2025-05-31T12:04:21Z


Di tengah ekspektasi tinggi sebagai merek kendaraan listrik unggulan China, BYD justru dihantam krisis dari dalam jaringannya sendiri.


Sebanyak 20 diler 4S (Sales, Service, Spare part, Survey) milik Shandong Qiancheng Holdings, mitra utama BYD di Provinsi Shandong, tutup secara mendadak sejak April 2025 akibat tekanan finansial yang berat.


Yang lebih mengejutkan, salah satu diler yang ditutup, Jinan Qiansheng, yang selama ini dikenal sebagai diler BYD nomor satu di China.


Penutupan ini memicu gelombang protes dari pelanggan yang kecewa, terutama mereka yang telah membayar untuk berbagai paket layanan jangka panjang, seperti asuransi tiga tahun, perawatan berkala, dan jasa perlindungan kendaraan seumur hidup.


Akibatnya, ratusan konsumen membentuk kelompok perlindungan hak dan menuntut kejelasan atas dana yang telah mereka setorkan.


“Kami sudah membayar asuransi untuk tahun kedua dan ketiga, tapi tidak ada pengembalian dana yang dijanjikan. Tiba-tiba saja tokonya kosong, semua staf pergi,” ujar salah satu pelanggan yang tergabung dalam kelompok tersebut.


Sebelumnya, konsumen sempat dijanjikan bahwa setelah membayar premi tahunan, mereka akan menerima penggantian untuk dua tahun berikutnya.


Namun, sejak April, banyak dari mereka menyadari bahwa diler- diler tersebut ditinggalkan pemiliknya tanpa pemberitahuan.


Ironisnya, hanya setahun sebelumnya, pada April 2024, Bos BYD Wang Chuanfu sempat mengunjungi markas Qiancheng Group di Jinan—langkah yang saat itu dipandang sebagai bentuk pengakuan atas status istimewa Qiancheng sebagai mitra inti BYD.


Berdasarkan catatan publik, Qiancheng didirikan pada 2014 dan dengan cepat berkembang menjadi jaringan diler BYD terbesar di Shandong.


Mereka mengeklaim penjualan tahunan mencapai 3 miliar yuan (sekitar Rp 6,7 triliun) dengan lebih dari 1.200 karyawan.


Namun, di balik kemegahan itu, masalah arus kas perlahan menggerogoti fondasi bisnis mereka.


Dalam dokumen internal bertanggal 17 April, Qiancheng justru menyebut perubahan kebijakan BYD sebagai salah satu penyebab utama keruntuhan.


“Selama dua tahun terakhir, penyesuaian kebijakan BYD telah memberikan tekanan yang sangat besar pada pengelolaan arus kas kami,” tulis Qiancheng dalam dokumen tersebut.


Mereka juga menyebut faktor eksternal seperti restriksi pembiayaan dari bank serta bangkrutnya beberapa diler otomotif lain di Shandong ikut memperburuk situasi.


Namun, versi dari BYD berbeda. Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pada 28 Mei, Departemen Merek dan Hubungan Masyarakat BYD menyanggah tudingan tersebut.


“Kebijakan kami terhadap diler tetap konsisten dan stabil selama beberapa tahun terakhir,” jelas BYD.


Mereka mengeklaim bahwa masalah terletak pada manajemen internal Qiancheng, yang dianggap terlalu agresif dalam ekspansi dan terlalu bergantung pada utang.


Kini, tanggung jawab atas ribuan pelanggan yang telah membayar di muka menjadi perdebatan terbuka.


Banyak konsumen merasa bahwa mereka membeli bukan semata karena percaya pada diler, tetapi karena membawa nama BYD.


Sebagai tanggapan, BYD menyatakan bahwa beberapa diler lokal telah mengambil alih sebagian dari toko-toko 4S yang terdampak dan mereka menyediakan dukungan untuk pelanggan serta karyawan yang terdampak.


Akan tetapi, respon itu dianggap belum cukup oleh hampir 500 anggota kelompok perlindungan hak konsumen.


Mereka menilai BYD belum memberikan solusi nyata, apalagi setelah tenggat akhir Mei dari Qiancheng berlalu tanpa penyelesaian.


“Kalau bukan BYD yang bertanggung jawab, lalu siapa?” tanya salah satu konsumen dengan nada frustrasi.

×