Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Suriah Kecam Serangan Udara Israel ke Dekat Istana Presiden, Sebut Pelanggaran Kedaulatan

Mei 03, 2025 Last Updated 2025-05-03T04:05:04Z


Pemerintah Suriah mengecam keras serangan udara yang dilancarkan Israel ke dekat istana kepresidenan di Damaskus. 


Dalam pernyataan resmi, pemerintah Suriah menilai serangan itu sebagai bentuk eskalasi berbahaya terhadap institusi negara dan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional.


“Presidensi Suriah menyerukan kepada komunitas internasional dan negara-negara Arab untuk berdiri bersama Suriah dalam menghadapi agresi asing yang bertentangan dengan hukum dan perjanjian internasional,” bunyi pernyataan kantor Presiden Ahmad Al Shara, Jumat (2/5/2025), dikutip dari media Uni Emirat Arab, The National.


Serangan udara Israel tersebut terjadi pada Jumat dini hari waktu setempat. Militer Israel membenarkan target serangan berada di sekitar kompleks istana kepresidenan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan itu merupakan peringatan tegas kepada pemerintah Suriah agar tidak menempatkan pasukannya di wilayah selatan Damaskus serta untuk menghentikan segala bentuk ancaman terhadap komunitas Druze.


“Ini adalah pesan yang jelas kepada rezim Suriah: kami tidak akan membiarkan ancaman terhadap komunitas Druze berlangsung,” ujar Netanyahu dalam pernyataan bersama Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.


Ketegangan Sektarian di Suriah


Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan sektarian di wilayah pinggiran Damaskus. Pada Selasa (29/4/2025) lalu, militan dari wilayah Hajar Al Aswad, Mouaddamiyeh, dan Balbila menyerang kawasan Druze di Sahnaya. 


Kekerasan itu dipicu oleh penyebaran rekaman suara yang menghina Nabi Muhammad, yang kemudian dituduhkan militan Sunni berasal dari komunitas Druze.


Ketegangan menjalar hingga ke provinsi Suwayda, wilayah leluhur komunitas Druze. Di sana, kelompok bersenjata dari provinsi tetangga, Deraa, juga melancarkan serangan. 


Ini menjadi salah satu ancaman terbesar terhadap komunitas Druze sejak kelompok Hayat Tahrir Al Sham mengambil alih kekuasaan dan membentuk pemerintahan transisi yang dipimpin Presiden Ahmad Al Shara, menyusul penggulingan Bashar Al Assad pada akhir tahun lalu.


Pada Rabu (30/4/2025), Israel kembali melancarkan serangan terhadap kelompok yang disebut menyerang komunitas Druze. 


Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Suriah menegaskan penolakan terhadap segala bentuk intervensi asing dalam urusan dalam negeri Suriah. 


Pemerintah Suriah juga menyatakan komitmennya melindungi seluruh kelompok masyarakat, termasuk komunitas Druze yang disebut sebagai “sekte mulia”.


Berbagai Reaksi dan Kecaman


Pemimpin spiritual Druze di Suriah, Syeikh Hikmat Al Hijri, mengecam apa yang disebutnya sebagai kampanye genosida terhadap komunitasnya. 


Ia menyerukan keterlibatan kekuatan internasional untuk menjaga perdamaian dan mencegah berlanjutnya kekerasan.


Di Sahnaya, suasana tetap mencekam menyusul penembakan terhadap wali kota dan putranya oleh pelaku tak dikenal, hanya beberapa jam setelah pasukan dari Kementerian Pertahanan dan Kementerian Dalam Negeri Suriah memasuki wilayah tersebut.


Media pemerintah melaporkan telah tercapai kesepakatan dengan warga setempat untuk menyerahkan senjata berat dan memulihkan kehidupan normal. Namun, hingga Jumat malam, belum ada tanggapan resmi dari pihak komunitas Druze.


Amerika Serikat turut mengutuk kekerasan terhadap komunitas Druze di Suriah. Dalam pernyataan resminya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyebut retorika yang menghasut dan tindakan kekerasan terhadap kelompok minoritas itu sebagai hal yang tidak dapat diterima.


Bruce juga menegaskan, setiap upaya normalisasi hubungan dengan pemerintah transisi Suriah, termasuk pencabutan sanksi, akan sangat bergantung pada tindakan konkret pemerintah Suriah dalam membangun kepercayaan dan menjamin perlindungan seluruh kelompok masyarakat.


Kepentingan Israel terhadap Warga Druze


Israel memiliki hubungan historis dan strategis dengan komunitas Druze, baik yang berada di Dataran Tinggi Golan maupun di wilayah Israel.


Dari sekitar 25.000 warga Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, sebagian besar enggan mengambil kewarganegaraan Israel, meski menikmati akses terhadap layanan publik dan lapangan kerja. 


Sementara sekitar 140.000 warga Druze tinggal di wilayah Israel dan telah lama menjadi bagian dari struktur militer negara itu.


Netanyahu pada Jumat juga bertemu dengan pemimpin spiritual Druze di Israel, Syeikh Muwafeq Tarif. 


Dalam pertemuan tersebut, Syeikh Tarif menyatakan tindakan tegas pemerintah Israel menjadi pesan pencegah bagi rezim Suriah.


Komunitas Druze, yang populasinya kurang dari satu juta jiwa di seluruh Timur Tengah, selama ini tinggal di wilayah-wilayah strategis yang kerap menjadi ajang persaingan kekuatan besar. 

×