Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi Serukan Perlawanan terhadap Rezim, Siap Gantikan Khamenei

Juni 24, 2025 Last Updated 2025-06-24T06:54:23Z

Putra mahkota Iran yang terguling, Reza Pahlavi, kembali menyerukan perlawanan terhadap rezim Ayatollah Ali Khamenei dan menyatakan siap memimpin Iran dalam masa transisi, seiring melemahnya kekuasaan sang pemimpin tertinggi akibat serangan udara Israel.


Dalam wawancara eksklusif dengan AFP di Paris pada Senin (23/6/2025), Reza Pahlavi memperingatkan negara-negara Barat agar tidak memberikan “bantuan” kepada rezim Teheran dengan membuka kembali jalur diplomasi.


"Rezim ini sedang runtuh. Anda bisa mempercepat itu dengan berdiri bersama rakyat Iran, bukan dengan kembali melemparkan pelampung penyelamat kepada rezim ini," ujar Pahlavi, yang kini tinggal di Amerika Serikat.


Ia menyebut situasi Iran saat ini sebagai momen “Tembok Berlin”, merujuk pada peristiwa runtuhnya Tembok Berlin pada 1989 yang menandai kejatuhan rezim-rezim otoriter di Eropa Timur.


Rezim terpukul, militer mulai berpaling


Serangan udara Israel selama 10 hari terakhir telah menghantam berbagai fasilitas strategis Iran, termasuk program nuklir dan rudalnya.


Amerika Serikat bahkan bergabung dengan serangan besar-besaran, termasuk ke situs nuklir Fordow yang terkenal sangat terlindungi.


Keberadaan Khamenei saat ini tidak diketahui secara pasti. Israel juga belum secara tegas menampik kemungkinan menargetkan Khamenei dalam operasi mereka.


Namun, menurut Pahlavi, ia menerima informasi bahwa Khamenei bersembunyi di bunker bawah tanah.


Lebih lanjut, ia menyebut telah mendapat laporan kredibel bahwa para pejabat tinggi dan anggota keluarga Khamenei mulai mencari jalan untuk melarikan diri dari Iran.


Ia juga mengeklaim telah dihubungi oleh elemen-elemen dari militer dan aparat intelijen yang menyatakan keinginan untuk berbalik arah dan bergabung dengan oposisi.


“Mereka mulai berkomunikasi dengan kami dari militer dan intelijen,” kata Pahlavi.


Ia juga mengumumkan pembentukan saluran komunikasi resmi dan aman untuk menampung "lonjakan permintaan" dari personel militer, keamanan, dan kepolisian yang disebutnya mulai memutuskan hubungan dengan rezim.


Siap pimpin Iran di masa transisi


Meski menolak ambisi untuk mengembalikan monarki, Pahlavi menegaskan kesiapannya memimpin masa transisi menuju demokrasi.


“Saya siap memimpin transisi nasional ini. Saya tidak butuh gelar untuk menjalankan peran itu. Yang penting adalah menjadi seseorang yang bisa menggerakkan bangsa,” ujarnya.


Ia menyatakan sistem baru Iran harus berpijak pada integritas wilayah, kebebasan individu, serta pemisahan agama dan negara.


“Bentuk akhir dari demokrasi masa depan ini akan ditentukan rakyat Iran lewat referendum nasional,” katanya.


Meski begitu, selama kunjungannya ke Paris, tidak ada pertemuan resmi yang dijadwalkan dengan pejabat pemerintah Perancis.


Presiden Emmanuel Macron sebelumnya memperingatkan bahwa upaya menggulingkan rezim Iran lewat kekuatan militer hanya akan menimbulkan kekacauan.


Namun, Pahlavi menyebut dirinya tetap berkomunikasi dengan pemerintah-pemerintah asing.


“Tim saya telah menjalin kontak di berbagai tingkat dengan pihak-pihak di Eropa dan Amerika,” ujarnya.


Pahlavi kini menjadi salah satu sosok oposisi paling menonjol terhadap pemerintahan Iran.


"Ini saatnya dunia mendengarkan suara rakyat Iran, bukan berunding lagi dengan mereka yang telah menindas kami selama puluhan tahun," pungkasnya.

×