Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Cerita Pengemudi Ojol di Jaksel: Dulu Tergiur Penghasilan Besar, Kini Terseok-Seok

Juli 22, 2025 Last Updated 2025-07-22T08:16:07Z


Seorang pengemudi ojek online (ojol) yang akrab disapa Bang Monas (53) mengaku merasa tercekik dengan sistem yang diterapkan oleh aplikator tempatnya bernaung saat ini.


Ia menilai, kondisi yang dirasakan para pengemudi ojol saat ini jauh berbeda dibandingkan dulu.


“Sekarang kami sudah banting tulang dari pagi sampai malam, nge-press buat hari-hari doang,” ungkapnya saat ditemui di sekitar Jalan Bangka Raya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (21/7/2025).


Monas bercerita bahwa dirinya dulu merupakan seorang pedagang pecel lele. Namun, ia beralih menjadi pengemudi ojol karena mendengar cerita temannya mengenai pendapatan besar sebagai pengemudi ojol.


Ternyata, cerita itu terbukti benar. Pada awal-awal bergabung, ia bisa membawa pulang hingga Rp 500.000 per hari.


Karena penghasilan yang dirasa menjanjikan itu, Monas mulai fokus sebagai pengemudi ojol. Warung pecel lele yang ditangani istrinya pun akhirnya tutup karena kekurangan orang.


“Terus karena ngerasa pendapatan dari ojol sudah mencukupi, jadinya berhenti dagang,” katanya.


Namun kini, Monas justru kesulitan mendapatkan Rp 150.000 dalam sehari. Separuh dari penghasilannya harus digunakan untuk membayar sewa motor sebesar Rp 75.000.


Sisanya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.


“Kalau dapat Rp 150.000 berarti setengahnya udah buat dia (sewa motor), yang Rp 75.000 buat kami hari-hari, buat kami makan, buat anak kan, minim banget jadinya,” ujarnya.


Hal serupa dirasakan Irwan (37), pengemudi ojol lainnya. Pada masa awal ojol beroperasi di Indonesia, ia mengaku bisa meraup pendapatan hingga Rp 700.000 per hari.


Bahkan, penghasilan minimumnya kala itu sekitar Rp 400.000 per hari, ditambah bonus dari aplikator sebesar Rp 200.000.


Namun, saat ini Irwan merasa tercekik oleh sistem aplikator, terutama karena potongan yang besar dari setiap pesanan.


“Makanya kan dulu orang-orang keluar kerjaan buat ngojol. Sekarang dapet Rp 100.000 juga sudah syukur,” kata dia ditemui terpisah.


Hari ini Irwan mengaku baru menerima lima pesanan dengan pendapatan Rp 50.000. Potongan aplikator yang dianggapnya terlalu besar membuatnya hanya mendapatkan sedikit dari nominal yang dibayarkan pelanggan


Maka dari itu, ia sangat mendukung aksi demo ojol yang berlangsung hari ini di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, meskipun ia tidak ikut bergabung.


“Saya dukung sih demonya. Tapi saya enggak kalau tahu ada demo. Kalau tahu saya pasti ikut,” akunya.


Sebelumnya, ribuan pengemudi ojek online (ojol), taksi online, dan kurir dari berbagai platform kembali menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran pada hari ini, Senin (21/7/2025).


Aksi bertajuk “Korban Aplikator: Aksi 217” dipusatkan di kawasan Istana Presiden dan Silang Selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.


Ketua Umum Garda Indonesia Raden Igun Wicaksono menjelaskan, aksi ini dilakukan karena belum ada tindak lanjut konkret dari pemerintah terhadap tuntutan yang sebelumnya disampaikan dalam aksi 20 Mei 2025 dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI.


“Semenjak tidak ada juga tindak lanjut konkrit dari pihak pemerintah yang mengatur regulasi transportasi online hingga sudah dua bulan berlalu semenjak para pengemudi transportasi online melakukan aksi damai demo besar ojol pada 20 Mei 2025 dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI,” kata Igun dalam pernyataan tertulis, Minggu (20/7/2025).


Igun menyebut sekitar 50.000 pengemudi dan kurir online dari berbagai platform ikut serta dalam aksi tersebut. Selain menggelar unjuk rasa, para peserta aksi juga melakukan offbid massal, yaitu mogok menerima orderan sepanjang hari ini.

×