Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Paus Leo Buka Suara usai Israel Serang Satu-satunya Gereja Katolik di Gaza

Juli 19, 2025 Last Updated 2025-07-19T09:07:44Z



Pempimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Leo XIV menyuarakan keprihatinan atas serangan baru Israel. 


Pada Kamis (17/7/2025), Israel menyerang Gereja Katolik Holy Family di Gaza. 


Serangan itu mengakibatkan tiga orang tewas dan belasan lainnya terluka. 


Atas kejadian ini, Paus Leo XIV menyampaikan keprihatinannya dan kembali menyerukan gencatan senjata di Gaza. 


Lantas, bagaimana kejadiannya dan apa yang dikatakan Paus Leo XIV? 


Paus Leo turut prihatin dan kembali serukan gencatan 


Dilansir dari Vatican News, Kamis (17/7/2025), Paus Leo XIV, menyatakan keprihatinannya melalui pesan Telegram yang juga ditandatangani oleh Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin. 


Paus juga menyampaikan solidaritas spiritualnya kepada Pastor Gabriel Romanelli, yang terluka dalam serangan itu serta seluruh komunitas gereja di Gaza.


Paus Leo XIV kembali menyerukan gencatan senjata segera, mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk mencari jalan damai melalui akun media sosial resmi. 


"Saya sangat berduka atas hilangnya nyawa dan luka-luka akibat serangan militer terhadap Gereja Katolik Holy Family di Gaza," tulis Paus Leo XIV di akun X @Pontifex, Kamis (17/7/2025). 


Tak lupa pria kelahiran Chicago AS ini mendoakan para korban beserta keluarganya. 


"Saya meyakinkan umat paroki akan kedekatan rohani saya dan menyerahkan jiwa-jiwa para korban kepada belas kasihan Tuhan Yang Mahakuasa, dan mendoakan keluarga mereka serta mereka yang terluka," sambungnya. 


Paus Leo XIV menutup unggahannya dengan seruan gencatan senjata dan perdamaian. 


"Saya kembali menyerukan gencatan senjata segera. Hanya dialog dan rekonsiliasi yang dapat menjamin perdamaian abadi!" pungkasnya. 


Israel serang satu-satunya gereja Katolik di Gaza


Serangan Israel pada Gereja Katolik Holy Family di Gaza pada hari Kamis telah menewaskan tiga orang yang sedang berlindung di dalamnya.


Para korban ini terdiri dari seorang penjaga gereja berusia 60 tahun dan dua orang wanita yang salah satunya berusia 84 tahun. 


Selain itu, setidaknya sembilan orang lainnya terluka dan satu orang dinyatakan dalam kondisi kritis. 


Insiden ini memicu kecaman internasional dan menambah deretan panjang tragedi yang melanda Gaza sejak Oktober 2023.


Menurut laporan dari Patriarkat Latin Yerusalem, gereja tersebut diserang dengan tembakan artileri Israel. 


Padahal selama ini gereja tersebut menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi. 


"Kami mengetahui dengan pasti bahwa gereja itu dihantam oleh tank, meskipun IDF (Pasukan Pertahanan Israel) mengklaim ini adalah kesalahan," kata Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, dikutip dari BBC, Jumat (18/7/2025). 


"Serangan ini sangat mengejutkan, mengingat banyak pengungsi, termasuk anak-anak dan lansia, berlindung di dalam gereja ini," sambungnya. 


Gereja Katolik Holy Family, yang terletak di Gaza City, telah menjadi tempat perlindungan bagi keluarga-keluarga yang kehilangan rumah akibat serangan Israel. 


Caritas Jerusalem, lembaga amal yang mendukung gereja, mengungkapkan bahwa bagian atap gereja hancur akibat ledakan, dan serpihan serta puing-puing menyebar ke halaman. 


Dua wanita lanjut usia yang sedang berada di tenda dukungan psikososial Caritas terluka parah dan harus dilarikan ke rumah sakit.


Pernyataan Israel soal serangan Gereja Holy Famili di Gaza


Awalnya, Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan itu disebabkan oleh "peluru nyasar".


Namun beberapa saat kemudian mereka menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan terkait insiden ini. 


"Kami sangat menyesalkan bahwa amunisi yang tersasar mengenai gereja tersebut," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (17/07/2025).


Serangan ini menambah panjang daftar serangan Israel terhadap tempat ibadah di Gaza, yang telah menimbulkan banyak korban di kalangan warga sipil. 


Sejak operasi militer dimulai, diperkirakan lebih dari 58.500 orang tewas akibat serangan udara dan darat Israel. Sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina. 


Hal ini semakin menambah penderitaan bagi masyarakat yang sudah terperangkap dalam blokade dan kekerasan yang tak kunjung usai.


Reaksi dunia terkait penyerangan gereja Katolik di Gaza


Di tengah situasi yang semakin memburuk, lembaga internasional dan organisasi kemanusiaan terus menyerukan perlindungan bagi warga sipil dan tempat-tempat ibadah. 


"Serangan terhadap tempat ibadah dan warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran harus dihentikan. Setiap nyawa yang hilang adalah tragedi besar," ungkap Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni.


Kecaman ini datang di tengah laporan dari Komisi Penyidikan Independen PBB yang menyebut Israel telah melakukan pelanggaran terhadap kemanusiaan. 


Tindakan pelanggaran ini ditunjukkan dengan aksi mereka menyerang tempat-tempat ibadah dan sekolah yang menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil. 


"Serangan terhadap tempat ibadah adalah pelanggaran berat yang tidak dapat dibenarkan," ujar laporan tersebut.


Insiden ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. Serangan-serangan yang terus berlangsung tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga kehidupan masyarakat yang masih bertahan. 

×