Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

"Gerbang Neraka" Mulai Padam, Penduduk Cemas Kehilangan Pendapatan

Agustus 07, 2025 Last Updated 2025-08-07T05:45:11Z


Kawah gas Darvaza di Turkmenistan, yang selama puluhan tahun dikenal dengan julukan "Gerbang Neraka", kini tak lagi menyala seperti dahulu.


Lubang selebar 70 meter di tengah Gurun Karakum itu dulunya dikenal sebagai lubang api raksasa yang memuntahkan kobaran api dan gas metana ke udara. 


Kini, kawah tersebut lebih menyerupai cekungan hangus dengan hanya beberapa titik api kecil yang tersisa.


Perubahan ini menjadi kekecewaan tersendiri bagi wisatawan yang datang dari jauh untuk menyaksikan keindahan api abadi tersebut.


"Saya sedikit kecewa," kata Irina (35), wisatawan yang menempuh perjalanan lima jam dari ibu kota Ashgabat ke lokasi kawah.


“Di internet, kami melihat foto-foto api yang membara dan mengesankan. Sekarang kami menyadari bahwa itu hanyalah foto dan video lama. Kenyataannya berbeda," ujar Irina kepada AFP.


"Gerbang Neraka" sengaja dipadamkan


Pemerintah Turkmenistan memutuskan untuk memadamkan api yang telah menyala sejak 1971 sebagai bagian dari komitmen lingkungan. 


Untuk diketahui, negara di Asia Tengah itu termasuk salah satu penghasil emisi metana terbesar di dunia akibat kebocoran gas, menurut laporan Badan Energi Internasional atau IEA.


Pemadaman api dianggap sebagai langkah penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mendukung komitmen dalam Perjanjian Metana Global, yang bertujuan menurunkan emisi metana dunia sebesar 30 persen pada 2030.


Mantan Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov, yang kini menyandang gelar "bapak bangsa", sempat memanfaatkan kawah tersebut sebagai objek wisata. 


Namun, pada 2022, ia memerintahkan agar api dipadamkan dengan alasan lingkungan dan ekonomi.


"Kawah ini berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya," ujar Berdymukhamedov kala itu. 


"Sumber daya alam yang berharga sedang hilang, yang ekspornya dapat menghasilkan keuntungan signifikan dan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kita," tegasnya.


Namun, langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri wisata.


"Jika Darvaza berhenti terbakar sepenuhnya, banyak perusahaan wisata akan kehilangan pendapatan," ujar Ovez Muradov (43), seorang pekerja di sebuah agen tur di Ashgabat.


Menurut Muradov, Gerbang Neraka adalah satu dari sedikit daya tarik wisata di negara yang terkenal tertutup tersebut. 


"Saya bukan ahli, tetapi saya rasa kawah yang padam tidak akan berdampak banyak pada lingkungan. Namun, industri pariwisata akan kehilangan sebagian besar pendapatannya," tambah dia.


Jalan berbahaya menuju "Gerbang Neraka"


Akses menuju "Gerbang Neraka" yang berada di tengah Gurun Karakum itu pun tidak mudah. Jalannya penuh retakan dan lubang, melewati medan pasir yang menyulitkan.


"Anda harus memutar balik melewati lubang dan bukit pasir, mempertaruhkan nyawa," kata Aman (28), seorang pengemudi lokal, saat ditemui di sebuah pom bensin dalam perjalanan.


Gurun Karakum sendiri menutupi sekitar 80 persen wilayah Turkmenistan, dengan suhu ekstrem yang bisa mencapai lebih dari 50 derajat celsiu di musim panas dan turun hingga minus 20 derajat celsius saat musim dingin.


Kawah Darvaza atau "Gerbang Neraka" sendiri terbentuk akibat kesalahan pengeboran yang dilakukan ilmuwan Soviet pada 1971. 


Saat itu, para ahli secara tidak sengaja mengebor kantong gas bawah tanah, yang kemudian runtuh membentuk lubang besar.


"Ada bahaya meracuni penduduk dan hewan ternak, sehingga para ahli geologi memutuskan untuk membakarnya, berharap api akan segera padam," ujar ahli geologi Anatoly Bushmakin. 


"Namun, nyatanya kawah itu terus menyala,” tambahnya.


Wistawan tetap berharap


Meski api telah jauh berkurang, sejumlah wisatawan tetap datang dengan harapan bisa menyaksikan kobaran api yang tersisa. 


Namun, pengalaman mereka tak lagi sebanding dengan ekspektasi yang dibentuk oleh foto-foto masa lalu.


"Sebelumnya, cahaya besar dari kobaran api terlihat dari jarak beberapa kilometer, sehingga dijuluki 'Gerbang Neraka'. Kini hanya tersisa sedikit sumber api," ujar Irina Luryeva, Direktur perusahaan energi milik negara, Turkmengaz, dalam konferensi pada Juni lalu.


Beberapa sumur di sekitar lokasi juga telah dibor guna mengurangi aliran gas ke kawah.


Kini, Turkmenistan berada di persimpangan antara komitmen terhadap lingkungan dan kebutuhan mempertahankan industri pariwisata yang terbatas.

×