Kementerian Keuangan meyakini nilai tukar rupiah yang terus anjlok akan pulih pada pekan depan.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut keyakinannya ini seiring dengan efektivitas kebijakan fiskal terhadap aktivitas ekonomi.
“Sore ini pasar sudah tutup kan. Senin baru mulai, Selasa atau Rabu harusnya sudah balik,” kata Purbaya di Kementerian Keuangan Jakarta pada akhir pekan lalu (26/9/2025).
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS sepanjang pekan lalu. Rupiah sempat menyentuh level Rp16.500-an pada Selasa pagi (23/9), pada hari berikutnya, rupiah melemah ke level Rp16.600-an pada sesi berikutnya. Sedangkan pada penutupan perdagangan Jumat (26/9/2025) rupiah melemah 11 poin atau 0,07% menjadi Rp16.738 per dolar AS.
Dibandingkan dengan pembukaan perdagangan Jumat (19/9), rupiah tercatat melemah sekitar 1,23%. Sedangkan terhadap posisi pembukaan Senin (22/9), pelemahannya mencapai 0,85%.
Purbaya mengklaim perkembangan rupiah tersebut bersifat sementara. Dia meyakini investor akan melihat bahwa berbagai kebijakan Kementerian Keuangan yang dikeluarkan akhir-akhir ini akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Mantan ketua LPS itu mengklaim pelemahan kurs rupiah belakangan karena sentimen negatif akibat kebijakan pemberian bunga jumbo sebesar 4% per tahun bagi deposito berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) oleh bank-bank BUMN.
Kendati demikian, dia mengaku bahwa kebijakan tersebut bukan arahan pemerintah. Purbaya pun berharap klarifikasi tersebut bisa membuat pasar kembali membaik.
"Dengan konferensi pers yang sekarang menyatakan bahwa enggak ada kebijakan dari Kementerian Keuangan yang 4%, saya pikir akan berkurang dengan cepat [sentimen negatif] untuk nilai tukar rupiah. Di samping itu BI [Bank Indonesia] juga sesuai dengan wewenangnya, menjaga nilai tukar dengan agresif, dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan peran mereka," jelasnya.
U.S. DOLLAR / INDONESIAN RUPIAH - TradingView
Mantan ketua dewan komisioner Lembaga Penjamin Simpanan itu kembali mengingatkan bahwa pemerintah sudah menempatkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun ke sistem perbankan. Dia yakin betul kebijakan tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi sudah terakselerasi maka investor asing juga akan masuk ke Indonesia. Bahkan, sambungnya, investor asing tidak hanya akan masuk ke pasar keuangan seperti surat berharga negara (SBN) dan saham namun juga sektor riil alias investasi langsung.
"Jadi gini, rahasia modal asing masuk ke sini bukan bunga yang tinggi, tapi prospek ekonomi seperti apa ke depan. Jangan Anda harap mereka mau masuk ke sini membangun ekonomi kita. Enggak ada tuh. Mereka masuk ke sini mau menikmati kue pertumbuhan ekonomi yang ada di sini. Mereka semua profit oriented," ungkap Purbaya.
Oleh sebab itu, Purbaya menyimpulkan jika investor melihat prospek ekonomi Indonesia bagus maka arus modal asing tetap mengalir ke Tanah Air sehingga nilai tukar rupiah membaik dan ekonomi tumbuh.