Transmisi mobil matik dikenal praktis dan nyaman digunakan, terutama di jalanan perkotaan yang padat. Namun, di balik kemudahannya, sistem transmisi otomatis ternyata sangat sensitif terhadap kebiasaan pengemudi.
Menurut Doddy Priatna, pemilik bengkel Laris Matic di Ciracas, Jakarta Timur, banyak kasus kerusakan transmisi bukan disebabkan oleh usia kendaraan, melainkan perilaku pengemudi yang salah saat mengoperasikannya.
“Kerusakan transmisi matik paling sering terjadi karena kebiasaan kecil yang diulang terus setiap hari,” ujar Doddy saat ditemui di bengkelnya.
1. Menginjak Pedal Gas Secara Mendadak
Kebiasaan menekan pedal gas terlalu keras atau mendadak bisa menyebabkan tekanan oli transmisi meningkat secara drastis. Tekanan ini memberi beban besar pada kopling otomatis dan dapat mempercepat keausan komponen di dalamnya.
2. Pindah Tuas Transmisi Tanpa Hentikan Mobil
Kesalahan umum berikutnya adalah memindahkan tuas dari posisi D (Drive) ke R (Reverse) atau sebaliknya sebelum mobil benar-benar berhenti.
Kebiasaan ini dapat merusak gear di dalam transmisi serta menyebabkan hentakan keras yang berpotensi merusak torque converter.
3. Jarang Ganti Oli Transmisi
Oli transmisi berfungsi melumasi sekaligus mendinginkan komponen di dalam sistem. Jika oli tidak diganti secara rutin, kotoran dan endapan bisa mengurangi efektivitas pelumasan, menyebabkan gesekan berlebih dan meningkatkan risiko kerusakan parah.
4. Salah Posisi Gigi di Jalan Menanjak
Banyak pengemudi tetap menggunakan gigi D saat melewati tanjakan panjang. Padahal, posisi ini membuat transmisi bekerja ekstra keras dan mudah panas.
“Kalau tanjakan pakai D terus, panas di transmisi bisa berlebih dan akhirnya overheat,” jelas Doddy.
5. Menderek Mobil Tanpa Angkat Roda Penggerak
Kesalahan fatal lainnya adalah menderek mobil matik tanpa mengangkat roda penggerak. Tindakan ini membuat komponen di dalam transmisi berputar tanpa pelumasan yang cukup, yang akhirnya menyebabkan kerusakan besar.

