ISRAEL kembali mencegat sekelompok kapal yang berlayar ke Gaza untuk misi kemanusiaan pada Rabu, 8 Oktober 2025. Gerakan kemanusiaan The Freedom Flotilla Coalition (FFC), dicegat Israel saat berupaya mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza yang terkepung.
Koalisi Armada Kebebasan atau FFC adalah jaringan internasional kelompok aktivis pro-Palestina yang menyelenggarakan misi maritim sipil. Mereka ingin mematahkan blokade Israel terhadap Gaza guna mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di daerah kantong tersebut.
Dilansir dari Reuters, kapal dan penumpang armada itu selamat. Mereka telah dipindahkan ke pelabuhan Israel dan diperkirakan akan segera dideportasi, kata kementerian luar negeri Israel dalam sebuah pernyataan pada X. "Upaya sia-sia lainnya untuk menembus blokade laut yang sah dan memasuki zona pertempuran berakhir dengan sia-sia," kata kementerian tersebut.
Ini adalah insiden pencegatan kedua dalam sepekan terakhir. Sebelumnya Israel mencegat sekitar 40 kapal dan menahan lebih dari 450 aktivis dalam konvoi bantuan Global Sumud Flotilla. Salah satu aktivis yang ditahan Israel adalah Greta Thunberg.
FFC mengatakan pasukan Israel membajak armada kemanusiaan. "Kapal-kapal tersebut dicegat secara ilegal. Para peserta yaitu pekerja kemanusiaan, dokter, dan jurnalis dari seluruh dunia, telah diambil paksa dan ditahan dalam kondisi yang tidak diketahui," kata FFC dalam pernyataannya.
Al Jazeera melaporkan, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengutuk keras tindakan Israel. Ia menuntut agar aktivis Malaysia yang ikut serta dalam misi armada itu dibebaskan.
Kementerian Luar Negeri Turki mengonfirmasi bahwa armada tersebut terdiri dari warga negara dan anggota parlemennya. Turki menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran berat hukum internasional dan tindakan pembajakan. Aktivis Irlandia, Prancis, dan Denmark, di antara warga negara lainnya, juga dilaporkan berada di dalam armada tersebut.
FFC, jaringan internasional kelompok aktivis pro-Palestina yang mengorganisir misi maritim sipil, mengatakan kapal-kapal tersebut membawa "bantuan vital" senilai lebih dari US$ 110.000 dalam bentuk obat-obatan, peralatan pernapasan, dan pasokan nutrisi yang ditujukan untuk rumah sakit-rumah sakit di Gaza yang kelaparan.
"Militer Israel tidak memiliki yurisdiksi hukum atas perairan internasional," kata organisasi tersebut di Instagram. "Armada kami tidak menimbulkan bahaya."

