Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Jadi Incaran G30S, Mengapa Jenderal AH Nasution dan Sukendro Selamat?

Oktober 01, 2025 Last Updated 2025-10-01T07:34:31Z



AH Nasution dan Ahmad Sukendro merupakan dua dari beberapa jenderal yang menjadi target penculikan Gerakan 30 September (G30S) untuk menghadap ke Presiden Soekarno pada 1 Oktober 1965.


Operasi G30S diketahui memang menargetkan penculikan terhadap sekelompok jenderal TNI AD yang dianggap ingin mengkudeta Presiden Sukarno.


Rencananya, para jenderal TNI tersebut akan diculik dan dibawa ke hadapan Presiden Soekarno. Namun, rencana itu justru kacau dalam pelaksanaannya.


Peristiwa G30S justru menewaskan sembilan perwira TNI AD dan satu anggota Polri, yaitu:


Jenderal Ahmad Yani

Letjen Raden Suprapto

Letjen MT Haryono

Letjen S Parman

Mayjen DI Pandjaitan

Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Kapten Pierre Tendean

Aipda Karel Satsuit Tubun

Brigjen Katamso

Letkol Sugiyono.


Beberapa di antara korban G30S tersebut sebenarnya tidak menjadi target, dan ada pula target operasi yang lolos yakni Jenderal AH Nasution dan Brigjen Ahmad Soekendro.


Lantas, mengapa Jenderal AH Nasution dan Brigjen Ahmad Soekendro berhasil selamat dari incaran G30S?


AH Nasution melarikan diri dan diselamatkan Pierre Tendean


AH Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan sekaligus Kepala Staf Angkatan Darat menjadi salah satu target G30S.


Dalam peristiwa G30S, ia hampir tertangkap oleh pasukan Cakrabirawa yang menyergap rumahnya pada 1 Oktober 1965 dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB.


Namun, AH Nasution selamat dari peristiwa G30S setelah melarikan diri ke samping rumahnya bersama dengan istri, anak, dan adiknya Mariah.


Baca juga: Di Mana Soekarno Saat G30S Terjadi?


Nahas, saat mencoba melarikan diri, anak bungsu Nasution Ade Irma Suryani terkena tembakan di punggung. Sunarti kemudian meminta Nasution terus melarikan diri dan menjauh dari rumahnya yang sudah dikepung.


Saat pasukan Cakrabirawa menembakinya, Nasution berhasil melarikan diri dengan melompati pagar rumah, menyebabkannya jatuh dan mengalami patah pergelangan kaki.


Nasution kemudian bersembunyi di belakang tong air yang berada di Kedutaan Irak. Dia terus bersembunyi hingga pasukan Cakrabirawa meninggalkan rumahnya dan akhirnya selamat.


Selain itu, lolosnya Nasution dari penculikan G30S juga tidak lepas dari peran ajudannya, Pierre Tendean yang mengaku sebagai Nasution saat menghadapi pasukan Cakrabirawa.


Pierre Tendean lalu dibawa ke Lubang Buaya dan dibunuh bersama para jenderal lainnya yang menjadi korban G30S.


Jenderal Sukendro selamat karena tugas negara


Sementara itu, Jenderal Ahmad Sukendro juga menjadi salah satu target yang berhasil lolos dari peristiwa G30S pada 1965.


Jenderal Sukendro merupakan orang kepercayaan Jenderal Nasution yang juga dekat dengan pejabat maupun badan intelijen Amerika Serikat (CIA).


Namanya sebenarnya tercantum dalam daftar target G30S yang dibuat oleh sejumlah tokoh simpatisan PKI.


Sejarawan Universitas British Columbia, John Roosa, dalam bukunya menyebutkan, Sukendro menjalin kontak hingga bisa dekat dengan para pejabat AS dan CIA.


Pada 1965 ia menjadi penghubung penting antara kedutaan besar AS dengan pimpinan angkatan darat di bawah Soeharto dan AH Nasution.


Jenderal Sukendro selamat dari peristiwa G30S karena sedang menjalankan tugas negara ke China atas perintah Presiden Soekarno.


Dia ditugaskan menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik China, 1 Oktober 1965.


Namun, setelah mendengar adanya tragedi G30S, Jenderal Sukendro bergegas kembali ke tanah air.


Laporan The President's Daily Brief (15/10/1965) yang bisa diakses publik di situs resmi CIA menyebutkan, Jenderal Sukendro satu-satunya "brain trust" TNI AD yang selamat dari upaya penculikan G30S.


John Roosa dalam buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, mendefinisikan "brain trust" sebagai kelompok jenderal pemikir di TNI AD.


Mereka adalah Ahmad Yani, Suprapto, MT Haryono, S Parman, dan Sukendro. Kelimanya disebut-sebut sebagai Dewan Jenderal yang menjadi sasaran utama G30S.

×