Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Teater Brutal Zionis: Hamas Dikejar, Gangster Bersenjata Disuplai Logistik dari 'Kandang' Israel

Oktober 20, 2025 Last Updated 2025-10-20T07:55:01Z



Bukti video yang baru-baru ini beredar mengungkap skandal militer Israel: geng-geng bersenjata di Gaza justru dipasok logistik melalui rute yang berawal dari jantung wilayah pendudukan Israel sendiri.


Laporan eksklusif Sky News, sebagaimana diberitakan TRT World ini membeberkan fakta mencengangkan dimana konvoi truk pikap mengangkut air, makanan, dan bahan bakar bergerak bebas hanya 400 meter dari pos militer Israel, langsung menuju markas milisi pimpinan Ashraf Al Mansi.


Analisis rute yang ditunjukkan dalam video ini cocok sempurna dengan dua rekaman sebelumnya, yang sama-sama membuktikan truk-truk tersebut berangkat dari titik-titik yang secara geografis berada di dalam wilayah pendudukan Israel.


Yang lebih menohok: dalam salah satu klip terlihat jelas jeriken bermerek SOS Energy - pemasok bahan bakar resmi Israel - diangkut dalam konvoi tersebut.


SOS Energy, yang dikenal juga sebagai SOS Energy Express Ltd. di Israel, adalah perusahaan pemasok bahan bakar yang menyediakan layanan logistik dan pasokan bahan bakar diesel serta minyak pemanas.


Perusahaan ini melayani kontraktor infrastruktur besar di Israel, termasuk proyek-proyek strategis seperti pembangunan jalur kereta ringan Tel Aviv, Jalan Tol 6, terowongan Yerusalem, serta berbagai proyek konstruksi perumahan dan komersial.


Dengan armada lebih dari seratus truk tangki di seluruh Israel, SOS Energy juga bekerja sama dengan banyak otoritas lokal dan badan-badan pemerintah, memanfaatkan investasi besar pemerintah dalam proyek-proyek infrastruktur yang strategis.


Perannya sangat penting dalam menggerakkan proyek-proyek vital di negara tersebut, dengan memberikan layanan yang memudahkan logistik pasokan bahan bakar kepada para kliennya.


Dengan dengan Infrastruktur Israel


Meski tidak menangkap proses pemuatan secara langsung, video ini dimulai begitu dekat dengan infrastruktur Israel sehingga tidak ada ruang untuk keraguan: Israel menjadi penyuplai utama geng-geng bersenjata di Gaza.


 

Fakta ini mengkonfirmasi pola sistematis dimana kelompok-kelompok bersenjata di selatan Gaza telah lama diuntungkan oleh senjata, dana, dan dukungan logistik dari Israel.


Kini bukti terbaru menunjukkan skema serupa diterapkan di Gaza utara, memperlihatkan konsistensi Israel dalam menciptakan kekuatan alternatif untuk melemahkan Hamas.


Tidak heran Hamas baru-baru ini mengeksekusi 32 anggota geng bersenjata di Gaza. Operasi pembersihan internal ini digelar tak lama setelah gencatan senjata diberlakukan, mengungkapkan perang kedua yang tak kalah sengit di balik konflik utama melawan Israel.


Eksekusi ini bukan sekadar aksi kriminal biasa, melainkan bagian dari kampanye keamanan sistematis yang diluncurkan Hamas untuk memberantas kelompok-kelompok yang diduga menjadi kaki tangan kepentingan asing di wilayah kekuasaannya.


Aksi eksekusi ini membuka tabir permainan geopolitik yang jauh lebih kompleks di Gaza. Sebelumnya, Hamas telah secara terbuka menuduh pemimpin geng Yasser Abu Shabab dan para pendukungnya sebagai agen Israel yang sengaja dipasok senjata dan dana untuk menciptakan kekacauan internal.


 

Dengan memberantas 32 anggota geng bersenjata ini, Hamas tidak hanya ingin membersihkan wilayahnya dari ancaman internal, tetapi juga mengirim pesan keras kepada Israel bahwa segala upaya memecah-belah perlawanan Palestina melalui proxy akan dihadapi dengan tindakan tegas tanpa ampun.


Pecah Belah


Strategi devide et impera Israel ini akhirnya terbongkar: sambil menyerang Hamas dengan satu tangan, mereka dengan tangan lain mempersenjatai geng-geng kriminal untuk menciptakan kekacauan di Gaza.


Dengan menciptakan multiple power center di Gaza - mulai dari faksi Hamas, Otoritas Palestina, hingga berbagai geng bersenjata - Israel berharap dapat mencegah konsolidasi kekuatan Palestina yang utuh.


Setiap konflik internal antara kelompok-kelompok Palestina akan melemahkan posisi tawar mereka secara keseluruhan, sekaligus memberikan justifikasi bagi Israel untuk terus berperan sebagai "penjaga keamanan" di wilayah tersebut.


Bagi Israel, stabilitas Gaza sesungguhnya dapat dengan mudah dicapai melalui pencabutan blokade dan pemberian akses kemanusiaan yang memadai. Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan pola sebaliknya - dengan membiarkan krisis kemanusiaan berlarut-larut sambil secara aktif mendukung geng-geng bersenjata alternatif, Israel justru memilih untuk memelihara ketidakstabilan yang terkendali.


Kebijakan ini mengungkap perhitungan pragmatis bahwa Gaza yang stabil namun dikendalikan Hamas justru lebih berbahaya bagi kepentingan keamanan Israel dalam jangka panjang.


Pilihan Israel ini pada akhirnya mengorbankan stabilitas jangka panjang demi keuntungan politik jangka pendek. Daripada berinvestasi pada rekonsiliasi Palestina yang dapat membawa perdamaian berkelanjutan, Israel justru memilih memelihara fragmentasi yang memungkinkan mereka terus mendikte kondisi di Gaza.


Paradoksnya, strategi pemecah-belah ini justru berbalik mengancam Israel sendiri - karena ketidakstabilan yang diciptakannya hanya akan melahirkan generasi-generasi baru Palestina yang semakin radikal dan putus asa, menciptakan siklus kekerasan yang tak berujung.

×