Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

2 Demo yang Makin Menggoyang Rezim Xi Jinping di China

November 29, 2022 Last Updated 2022-11-29T03:08:41Z


Presiden Xi inping terus mendapat tekanan setelah demonstrasi memprotes pemerintah kian sering terjadi di China belakangan ini.


Baru-baru ini, demonstrasi yang terjadi di sejumlah kota seperti Urumqi, Beijing, hingga Shanghai bahkan terang-terangan menuntut Xi dan Partai Komunis untuk mundur.


Selama ini, China dikenal sebagai negara yang membungkam perbedaan pendapat. Karena itu, demonstrasi apalagi yang menuntut langsung penguasa untuk mundur hampir tidak pernah terjadi di Negeri Tirai Bambu.


Berikut 3 demonstrasi yang pernah terjadi di China dan menargetkan langsung Xi Jinping.


Demo di Urumqi, Beijing, hingga ke Shanghai

Ribuan warga China turun ke jalan dan menggelar protes di sejumlah kota-kota besar selama akhir pekan lalu.


Demo ini bermula akibat protes warga atas kematian 10 orang dalam insiden kebakaran di sebuah apartemen di Ibu Kota Provinsi Xinjiang, Urumqi, pada Kamis pekan lalu.


Insiden ini disebut sebagai katalisator yang kian membakar amarah publik atas kebijakan ketat nol Covid-19 di China selama ini yang telah membuat banyak warga frustrasi.


Para warga pun menganggap banyak korban berjatuhan dalam kebakaran apartemen di Urumqi itu juga disebabkan oleh kebijakan lockdown pemerintah yang membuat petugas pemadam kebakaran terlambat tiba di lokasi.


Sejak itu, amarah warga pun menjalar ke beberapa kota lain di China. Pada Sabtu, demonstran pecah di Shanghai, tepatnya di jalan Wulumuqi yang merupakan Urumqi dalam bahasa Mandarin.


Tak peduli dengan tekanan aparat, massa malah makin besar menjelang malam hari. Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti, "Xi Jinping mundur! Partai Komunis China mundur!"


Sempat bubar di malam hari, para warga melanjutkan aksi mereka pada Minggu pagi. Di hari itu pula, unjuk rasa lainnya pecah di berbagai kota di China, termasuk ibu kota Beijing.


Di pagi hari, sekitar 200-300 mahasiswa berunjuk rasa di salah satu kampus elite di Beijing, Universitas Tsinghua.


Satu video yang sudah diverifikasi AFP menunjukkan para mahasiswa berteriak, "Demokrasi dan supremasi hukum. Kebebasan berekspresi."


Menjelang siang hari, demonstrasi pecah di kota lain. Sejumlah video menunjukkan massa beraksi di Guangzhou dan Chengdu, tapi AFP belum bisa memverifikasi video tersebut.


Di malam hari, sekitar 400 orang berunjuk rasa di pinggir sungai Beijing. Selama beberapa jam, mereka tak henti berteriak, "Kami semua orang Xinjiang! Pergilah orang China!"


Para demonstran juga mengacungkan kertas putih, melambangkan sistem sensor yang terlampau ketat di China. Mobil-mobil yang melintas membunyikan klakson, tanda dukungan bagi para demonstran.


Pada Senin (28/11) dini hari sekitar pukul 02.00, polisi paramiliter mulai diterjunkan untuk membantu aparat mengamankan demonstrasi.


Pengunjuk rasa akhirnya sepakat meninggalkan lokasi setelah para petugas berjanji tuntutan mereka didengarkan. Setidaknya lima pedemo dan beberapa wartawan media asing seperti BBC ditahan oleh aparat selama rangkaian demo berlangsung.


Sejumlah wartawan bahkan mengaku menerima kekerasan hingga dipukuli aparat China.


Demo Jelang Kongres Partai Komunis

Sejumlah warga Beijing menggelar demonstrasi, Kamis (13/10), menjelang Kongres Partai Komunis (PKC) pada Oktober lalu.

Dalam aksi yang jarang terjadi di China itu, demonstran menyerukan pelengseran Presiden Xi Jinping.


Demonstrasi ini sebenarnya digelar untuk memprotes kebijakan nol-Covid di China yang dianggap merugikan warga. Namun, sejumlah spanduk memperlihatkan seruan untuk melengserkan Xi.


"Ayo berdemo, singkirkan diktator dan pengkhianat nasional Xi Jinping!" demikian tulisan di salah satu spanduk.


Dari foto-foto yang beredar di media sosial, terlihat pula spanduk-spanduk berisi protes atas kebijakan nol-Covid di China terbentang di jalan layang Beijing.


"Katakan tidak untuk tes Covid, ya untuk makanan. Tidak untuk lockdown, ya untuk kebebasan," bunyi tulisan di spanduk lain.


Tulisan di spanduk itu berlanjut, "Tidak untuk revolusi budaya, ya untuk reformasi. Tidak untuk pemimpin besar, ya untuk memilih. Jangan jadi budak, jadilah warga negara."


Selain foto spanduk, sejumlah video juga beredar. Video itu menunjukkan kepulan asap. Rekaman suara slogan protes juga beredar di media.


Seorang pria China juga menjadi sorotan di media sosial setelah beraksi sendiri membentangkan spanduk berisi protes terhadap Presiden Xi Jinping di jembatan di Beijing.


Memakai baju pekerja konstruksi berwarna jingga, ia dengan santai melenggang di atas jembatan. Namun kemudian, ia membentangkan dua kain putih besar dengan coretan berwarna merah.


"Berdemonstrasilah di sekolah dan tempat kerja. Gulingkan diktator dan pengkhianat Xi Jinping! Kami mau makan. Kami mau kebebasan. Kami mau memilih!" demikian tulisan di salah satu spanduk tersebut.[SB]

×