Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Saingi Dolar AS Mata Uang BRICS Segera Diluncurkan, Apa Itu BRICS?

April 08, 2023 Last Updated 2023-04-08T05:55:44Z


Dolar AS atau US Dollar (USD) adalah mata uang yang paling kuat dan paling banyak digunakan di dunia. USD digunakan sebagai alat pembayaran internasional dan menjadi mata uang cadangan utama bagi bank sentral di seluruh dunia. 


Penggunaan USD sebagai mata uang internasional memberikan dampak besar pada perekonomian dunia. USD menjadi alat pembayaran utama dalam perdagangan internasional dan merupakan basis untuk harga barang dan jasa. Selain itu, USD juga menjadi instrumen dalam perdagangan komoditas seperti minyak dan emas. 


USD yang stabil dan kuat dapat mengakibatkan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang menjadi lemah, sehingga harga barang dan jasa dari negara-negara tersebut menjadi lebih mahal. Hal ini mempengaruhi daya saing negara tersebut di pasar internasional dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 


Selain itu, penggunaan USD juga memberikan keuntungan bagi Amerika Serikat, terutama dalam hal kebijakan moneter dan keuangan. USD memungkinkan Amerika Serikat untuk mencetak uang dan membiayai defisit anggaran dengan mudah, sementara negara-negara lain harus mempertahankan stabilitas mata uang mereka untuk meminimalkan risiko inflasi. 


Dedolarisasi

Penggunaan USD mulanya digunakan berbagai negara karena nilai mata uang yang dinilai stabil, penggunaannya pun tidak terbatas oleh negara yang memiliki hubungan dagang dengan Amerika Serikat, bahkan negara yang tidak memiliki hubungan dagang dengan Amerika Serikat pun menggunakannya juga. Namun demikian, kebiasaan tersebut membuat negara-negara yang bergantung pada USD harus tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat untuk menghindari sanksi ekonomi yang dibuat oleh Amerika Serikat. 


Seperti dilansir dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Aprilia Dwi Rasdiyanti dan Suyeno dengan judul “Analisis SWOT Kebijakan Local Currency Settlement Indonesia-China.”


Dalam jurnal ilmiah tersebut, pemerintahan Amerika Serikat pernah dengan kesewenangannya memutus sepihak perjanjian nuklir Iran pada 2015 dan 2018 serta mengancam perusahaan asing yang melakukan hubungan bisnis dengan Iran. Setelah penerapan kebijakan tersebut, perusahaan energi asal Prancis, Total akhirnya harus meninggalkan proyek ladang gas alamnya yang telah diatur dari pasca perjanjian nuklir dengan Iran pada tahun 2015. 


Pada saat ini, beberapa negara di Eropa, China, dan Korea Selatan sudah mulai mengurangi ketergantungannya terhadap USD. Hal tersebut dapat dilihat sebagai suatu upaya dedolarisasi atau pengurangan penggunaan USD untuk menghindari efek ketergantungan. 



Selain ketiga negara yang telah disebutkan sebelumnya, Indonesia dan China telah menerapkan kebijakan Local Currency Settlement atau transaksi dengan menggunakan uang lokal. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No. 22/12/PBI/2020 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral menggunakan Mata Uang Lokal yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/16/PADG/2021 dan untuk mendukung kebijakan tersebut, kedua negara telah menunjuk bank di kedua negara yang bertindak sebagai fasilitator. 


Namun demikian, hingga saat ini mata uang BRICS masih terbatas pada sebuah ide yang kemungkinan besar akan terwujud pada bulan Agustus mendatang setelah konferensi BRICS di Afrika Selatan. Selama ini, kelima negara tersebut menggunakan mata uangnya masing-masing dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara.


Menurut Alexander Babakov, seorang politisi Rusia seperti dilansir dari laman firstpost.com, nantinya Rusia dan India akan mengambil inisiatif untuk membentuk lembaga yang mengatur regulasi tersebut seperti IMF atau World Bank, nantinya bentuk mata uang bersama tersebut dapat berupa ruble atau rupee dalam bentuk digital. Selamat tinggal dolar AS.[SB]

×