Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tim Unair Puncaki Kejuaraan Teknologi Internasional di KL Berkat Mata

April 09, 2023 Last Updated 2023-04-09T06:02:01Z



Tim Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil mendapat medali emas dalam kejuaraan teknologi internasional di Malaysia, MTE 2023.


Dalam gelaran yang berlangsung secara hibrida di Kuala Lumpur, 16-18 Mei 2023 itu, tim yang terdiri atas Arfian Mulia Bagus Arijanto (Akuntansi) dan Abdul Rohman (Akuntansi), Khairun Nisa (Teknik Biomedis), Dwita Rahmadini Hendri (Teknik Biomedis), dan Nabila Sabillah (Kebidanan) berhasil meraih medali emas berkat karya inovasi pada kategori Healthcare, Personal Care Technology, Biotechnology, and Life Sciences.


Mengutip dari keterangan di laman FEB Unair, tim tersebut meraih medali emas pada MTE 2023. Selain itu, mereka pun mendapatkan Special Award dari International Invention and Trade Expo London.


Pada ajang di negara jiran tersebut, mereka bersaing dengan para kontestan dari 15 negara lain termasuk China, Singapura, dan Taiwan.


CNN dan mencegah kebutaan
Berdasarkan keterangan yang diterima, Rohman dan timnya itu mempresentasikan inovasi karya dengan judul 'Deadeye As Automated Detection Of Retinal Fundus Images Using Convolutional Neural Network (CNN) And Smartphone Fundoscopy For Glaucoma And Diabetic Retinopathy Screening'.


Inovasi itu dikembangkan tim tersebut untuk mendeteksi penyakit mata dengan lebih akurat agar mencegah kebutaan.


"Deadeye yang kami ciptakan dapat mendeteksi retinopati diabetik dan glaukoma yang menjadi penyebab penyakit mata terbesar di Asia. Alat ini berbentuk lensa portabel yang kompatibel dengan operator smartphone mana pun kemudian dilengkapi dengan perangkat lunak berbasis smartphone yang dirancang dengan klasifikasi gambar fundus retina oleh Deep Learning menggunakan CNN melalui aplikasi yang diinstal pada smartphone, sehingga sangat mudah digunakan," ujar Rohman dalam keterangannya.


"Pengembangan alat ini terinpsirasi dari data WHO yang memperkiraan 20 juta orang di Asia menderita kebutaan dan tingginya angka tersebut disebabkan oleh mahalnya biaya pengecekan mata. Saya berasal dari Desa dan melihat banyak orang tidak mampu secara finansial sehingga alat ini diharapkan dapat menolong banyak orang miskin untuk mendeteksi kebutaan secara dini dan segera mengobatinya," imbuhnya.


Dia mengatakan karya itu memiliki 2 komponen utama yaitu perangkat lunak dan keras. Perangkat keras memiliki fitur yang meliputi lensa yang disediakan 20D Double Aspheric Lens Indirect Ophthalmoscope dan adaptornya.


Selanjutnya untuk perangkat lunak, mereka membangun sebuah aplikasi yang menggunakan pemodelan CNN.


Dengan menggunakan citra 2025 yang diproses dengan CNN menghasilkan akurasi 88%, presisi 97%, recall 97% dan spesifisitas 83% dalam mendeteksi penyakit mata.


"Medali Emas ini kami persembahkan untuk Masyarakat Indonesia dan pengembangan teknologi cepat guna serta mudah terjangkau terutama untuk masyarakat miskin" ujar Rohman yang sedari kecil tumbuh di Desa Dlambah, Bangkalan Madura.[SB]
×