Aryanto Misel,
penemu alat bernama Niku Banyu (Nikuba) kembali menjadi sorotan usai
pernyataannya viral di media sosial.
Dalam
pernyataannya yang viral itu, Aryanto Misel mengatakan dirinya tidak butuh
bantuan pemerintah untuk mengembangkan alat temuannya itu (Nikuba).
Hari ini dengan
diskon 70%. Klik untuk mengetahui detail promosi !
Sontak, ucapan
Aryanto Misel itu pun langsung mendapat beragam tanggapan dari masyrakat luas.
Bahkan sebagian
masyarakat menyayangkan sikap dari Ayanto Misel yang memutuskan tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah terkait pengembangan Nikuba.
Nikuba sendiri
adalah sebuah alat yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk kendaraan.
Hal itu lantas
membuat publik bertanya-tanya mengapa Nikuba tidak dikembangan di Tanah Air.
Aryanto Misel
pun memberikan jawabannya ketika menjadi narasumber di salah satu stasiun
televisi swasta yang kemudian viral.
Salah satunya
dibagikan oleh akun Twitter @kegblgnunfaedh.
Dalam video
itu, Aryanto mengatakan ia tidak butuh pemerintah dan Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) untuk mengembangkan alat penemuannya.
Aryanto
beralasan, bahwa dirinya kerap "dibantai" oleh pemerintah dan BRIN.
Untuk itu, ia berencana untuk menjual Nikuba Rp 15 miliar ke industri otomotif
di Milan, Italia.
"Saya
nggak butuh mereka. Saya sudah "dibantai" habis. Nggak mau,"
ujar Aryanto.
"Itu
(Nikuba) mau saya tawarkan Rp 15 miliar," sambungnya.
Aryanto Misel
mengaku tidak merasa sayang jika negara asing yang mengambil alih untuk
mengembangkan riset terkait Nikuba.
"Saya
membutuhkan dana untuk mengembangkan risetnya lebih lanjut," tutupnya.
Lantas
bagaimana tanggapan BRIN terkait pernyataan Aryanto Misel?
Kepala BRIN
Laksana Tri Handoko memastikan, bahwa pihaknya akan menggelar konfrensi pers
untuk menanggapi pernyataan Aryanto Misel tersebut.
"Rabu akan
ada tamu media di BRIN," ujar Handoko.
BRIN Bukan
Pemberi pengakuan
Handoko juga
pernah mengatakan, bahwa pihaknya tidak dalam posisi memberi pengakuan atas
suatu temuan saat ditanya soal ketertarikan negara lain terhadap Nikuba.
Meski demikian,
ia menegaskan bahwa BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide
inovasi.
Fasilitas
tersebut diberikan BRIN kepada masyarakat melalui Fasilitasi Inovasi Akar
Rumput (FIAR).
"Tetapi
bukan memberi pengakuan," ujarnya.
Handoko
menjelaskan, dalam ranah sains diperlukan kehati-hatian hingga temuan dapat
dibuktikan secara saintifik.
"Di sains,
kita harus cukup berhati-hati sampai terbukti secara saintifik bisa diterima
oleh komunitas ilmiah," pungkasnya.[SB]


