Organisasi
Kerja Sama Islam (OKI) akan menggelar pertemuan luar bisa pada Senin (31/7)
ini, merespons marak aksi pembakaran kitab suci umat Muslim, Al Quran, di Swedia
dan Denmark.
Para Dewan
Menteri Luar Negeri (Council of Foreign Minister of Member States/CFM) ) dari
OKI ini akan melakukan pertemuan secara daring.
Mereka membahas
tindakan "penodaan provokatif" terhadap Al Quran yang berulang kali
terjadi di dua negara itu.
"Pertemuan
tersebut akan mempertimbangkan peningkatan Islamofobia di Eropa dan
langkah-langkah nyata yang mungkin diambil guna melawan fenomena
ini,"demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip
Anadolu Agency.
Pernyataan itu
kemudian berlanjut,"Dan untuk menetapkan posisi bersama dalam OKI melawan
serangan keji ini."
Turki merupakan
salah satu negara anggota OKI. Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan,
menyatakan akan menghadiri pertemuan online para Menlu OKI itu.
Menurut laporan
Radio Pakistan News, Pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri negara anggota juga
akan mempertimbangkan pernyataan akhir yang dirilis Komite Eksekutif.
Komite
Eksekutif OKI lebih dulu menggelar pertemuan di Jeddah pada 2 Juli lalu.
Sekretaris Jenderal organisasi ini, Hissein Brahim Taha, juga sudah
menyampaikan isi komunike akhir saat berbincang dengan Menlu Swedia via
telepon.
Dalam
percakapan itu, Taha menyatakan ketidakpuasan negara-negara anggota atas
insiden berulang yang menghina Al Quran dengan dalih kebebasan berekspresi,
demikian di situs resmi OKI.
Taha lalu
meminta otoritas Swedia mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah
insiden semacam itu terulang.
Pertemuan Luar
Biasa Anggota Dewan OKI muncul atas permintaan Arab Saudi dan Irak. Rapat ini
sekaligus merespons serangkaian pembakaran Al Quran di Swedia dan Denmark.
Dua negara
Eropa itu tengah menjadi sorotan usai serangkaian pembakaran Al Quran di Swedia
dan Denmark.
Salah satu aksi
pembakaran kitab suci itu berlangsung di depan Kedutaan Besar Irak di
Copenhagen. Tindakan serupa juga terjadi di depan Kedubes Irak Stockholm. Saat
itu, Al Quran diinjak dan ditendang Salwa Momika.
Aksi tersebut
memicu kecaman internasional. Bagi Swedia, bahkan tindakan itu mempersulit
langkah mereka bergabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara
(NATO).[SB]