Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kuburan Massal Terbesar di Eropa Ditemukan, Berisi Ribuan Mayat Korban Wabah Pes

Maret 18, 2024 Last Updated 2024-03-18T04:27:41Z


Para arkeolog telah menemukan kuburan massal terbesar di Eropa berisi ratusan mayat korban wabah mematikan di kota Nuremberg, Jerman. Kuburan itu ditemukan secara tidak sengaja saat ada pembangunan rumah jompo baru.


Saat ini penggalian masih terus berlangsung. Lebih dari 500 tengkorak berusia lebih ratusan tahun telah ditemukan. Tim memperkirakan masih ada 1.500 manusia yang dikubur di dalamnya. Berapa usia mayat-mayat tersebut juga belum diketahui, tapi menurut perkiraan delapan lubang kuburan dibuat sekitar abad ke-17.


Beberapa tulang yang ditemukan juga tampak berwarna hijau karena dalam beberapa waktu terakhir situs tersebut digunakan untuk membuang limbah pabrik dari tembaga di dekatnya.


“Kami akan mengambil dan menyimpan semua sisa-sisa manusia yang ditemukan di area konstruksi di masa depan,” kata Melanie Langbein, arkeolog dari Nuremberg Department of Heritage Conservation seperti dikutip dari Science Alert. “Saat ini kami menduga bahwa setelah pekerjaan selesai pada musim semi, ini akan menjadi kuburan darurat terbesar bagi korban wabah yang digali di Eropa.”


Ratusan mayat tersebut diduga merupakan korban wabah pes mematikan. Wabah pes telah dikaitkan dengan banyak pandemi dahsyat dalam sejarah, terutama peristiwa Black Death pada abad ke-14 dan wabah Justinian yang dimulai abad ke-6.


Namun, infeksi sangat menular yang disebarkan oleh kutu telah memicu kembali wabah ini dalam skala yang lebih kecil selama berabad-abad berikutnya. Setelah peristiwa Black Death di Eropa, epidemi lokal muncul selama 400 tahun dan melanda kota-kota yang ada di sana. Salah satunya kota Nuremberg.


Nuremberg bahkan memiliki pemakaman khusus korban wabah yang terkenal di St. Rochus. Namun, apa yang ditemukan oleh arkeolog dari In Terra Veritas bukan lah kuburan biasa. Tulang-tulang itu, kata peneliti, seakan bercerita tentang sesuatu yang jauh lebih menyedihkan dan menghancurkan.


Menurut Langbein, mereka memang korban wabah pes yang dikubur di pemakaman seperti pada umumnya. Namun, cara menguburkannya yang tidak biasa. Mayat-mayat tersebut dimakamkan dengan waktu yang sangat singkat tanpa memperhatikan praktik penguburan di agama Kristen.


Arkeolog sendiri tidak menemukan jejak wabah pes pada tulang manusia yang ditemukan sehingga perlu lebih banyak penelitian untuk memastikan diagnosisnya. Analisis DNA pada tulang juga diharapkan dapat mengkonfirmasi jejak bakteri wabah Yersinia pestis ini. Namun beberapa studi menunjukkan bahwa wabah adalah penjelasan paling mungkin penyebab kematian orang-orang yang dimakamkan di kuburan massal Nuremberg.


Penanggalan radiokarbon pada sisa-sisa tengkorak di salah satu kuburan menunjukkan bahwa makam itu berasal dari akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-17. Sementara koin dan potongan tembikar yang ditemukan di dalam kuburan menunjukkan bahwa itu berasal dari awal abad ke-20.


Arkeolog juga menemukan catatan bertanggal 1634 yang menggambarkan wabah pes pada 1632 dan 1633 di Nuremberg telah menewaskan sekitar 15.000 orang. Sekitar 2.000 orang di antaranya, kata catatan tersebut, dikubur di lokasi penggalian saat ini.


Saat ini, peneliti berencana akan menggali semua kuburan dan dipindahkan agar mereka bisa mempelajarinya untuk mendapatkan gambaran unik tentang sejarah Nuremberg.


“Penemuan ini sangat penting. Kuburan berisi anak-anak dan orang tua, laki-laki dan perempuan menandakan bahwa wabah tidak melihat jenis kelamin, usia atau status sosial." Marcus Konig, Walikota Nuremberg.


"Sekarang, untuk pertama kalinya, analisis yang dapat digunakan secara empiris terhadap kelompok populasi besar pada periode ini dapat dilakukan untuk kota yang sangat penting bagi Nuremberg. Tentu saja temuan penting secara historis dan arkeologis ini harus ditangani dengan tepat.”

×