Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

April 05, 2024 Last Updated 2024-04-05T07:30:31Z


Fenomena gerhana matahari akan terjadi pada 8 April 2024. Ahli astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan fenomena tersebut merupakan gerhana matahari cincin yang akan dirasakan di beberapa negara, di antaranya Kanada dan Amerika Serikat.


Gerhana matahari terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi sejajar, baik seluruhnya maupun sebagian. Ini umumnya hanya berlangsung beberapa menit saja. Namun, tahukah bahwa di alam semesta ada fenomena gerhana matahari yang berlangsung hingga 3,5 tahun?


Tanpa matahari selama 3,5 tahun


Itulah yang terjadi di suatu sistem bintang biner berjarak 10 ribu tahun cahaya dari Bumi. Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 ini memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


“Saat ini, itulah durasi terlama dan orbit terpanjang dalam sistem biner yang pernah kami temukan,” kata penemu sistem ini, Joey Rodriguez dari Vanderbilt, seperti dilansir dari Phys, Ahad, 21 Februari 2016.


Temuan ini telah dimuat dalam Astronomical Journal. Gerhana yang terjadi pada TYC 2505-672-1 berlangsung 69 tahun sekali, dan durasinya mencapai 3,5 tahun. Rodriguez memperkirakan jalur lintas di antara dua bintang ini sekitar 20 unit astronomi atau setara dengan jarak Matahari ke Uranus.


TYC 2505-672-1 terdiri atas sepasang bintang merah raksasa, yang salah satunya kehilangan lapisan luar dan hanya menyisakan inti. Akhirnya, bintang telanjang ini menjadi suatu materi padat yang mampu menghalangi cahaya dari bintang pasangannya.


Para peneliti memperkirakan “matahari” dari sistem biner tersebut 2.000 derajat Celsius lebih panas dari matahari Bumi. Namun berukuran lebih kecil.


Karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi, para peneliti belum mampu memberikan keterangan lebih detail tentang TYC 2505-672-1. Sejauh ini, kesimpulan banyak didapat dari gambar satelit, itu pun sangat terbatas. Untuk itu, Rodriguez berharap akan ada pengamatan lanjutan saat gerhana terulang pada 2080.


“Saat ini teleskop belum ada yang mampu mengamati dua obyek itu bersamaan. Semoga kemajuan teknologi pada masa depan sudah lebih memadai,” ujarnya.


Keivan Stassun, professor fisika dan astronomi dari Vanderbilt yang terlibat dalam penelitian ini, menganggap pengungkapan atas fenomena semacam ini sangat sulit karena perbedaan rentang waktu antara Bumi dan galaksi lain. “Bagaimanapun juga, ini fenomena sangat langka yang dapat menjadi jendela kita untuk melihat perkembangan hidup sistem bintang,” tuturnya.

×