Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kesaksian Warga Israel yang Melihat Langsung Serangan Iran

April 15, 2024 Last Updated 2024-04-15T05:52:58Z


Serangan rudal dan drone Iran semalam membuat warga Israel takut. Meski demikian, mereka yakin bahwa sistem pertahanan negaranya mampu menangkalnya.


Israel menyatakan, pihaknya telah menggagalkan serangan langsung Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutunya.


"Situasinya benar-benar menakutkan karena kami takut dengan apa yang terjadi dan semua pemboman serta pesawat yang akan datang," kata Ayala Salant (48) seorang warga Yerusalem.


"Namun, kami sangat senang dengan aliansi yang membantu karena sebagian besar pesawat dan rudal belum tiba di Israel. Kami berharap eskalasi yang sedang berlangsung ini akan segera dihentikan," harap dia.


Warga lain, Yishai Levi (67) mengatakan bahwa Israel sekali lagi membuktikan keunggulan teknologi, dan menanganinya dengan cara yang mengesankan.


Serangan Iran ke Israel yang dimulai Sabtu malam ini menyusul ancaman berulang-ulang Iran untuk membalas Israel atas serangan mematikan pada 1 April di gedung konsulat Teheran di Damaskus.


Hal ini menandai peningkatan besar dalam perang rahasia yang telah berlangsung lama antara musuh-musuh regional, dan terjadi dengan latar belakang perang yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza.


Namun Sharin Avraham (31) mengatakan berperang melawan suatu negara adalah perang yang berbeda dan memerlukan tanggapan dari Israel.


"Serangan Iran tidak boleh dilakukan secara diam-diam. Kita harus meresponsnya karena Iran adalah sebuah negara," katanya kepada AFP.


"Negara Israel perlu menunjukkan bahwa kami kuat dan ini bukan sesuatu yang bisa berlalu begitu saja," imbuh dia.


Gil, seorang warga Yerusalem berusia 30 tahun mengatakan bahwa dirinya tidak merasa takut akan serangan tersebut lantaran Israel mendapat dukungan dari negara-negara Barat.


Lain ceritanya dengan warga di Israel utara, dekat perbatasan yang bergolak dengan Lebanon bahwa dia merasa takut.


"Kami tidak berada di sebuah pulau. Ada orang-orang di sekitar kami yang kami takuti," kata Waheb Khalayla (68) dari kota Majd al-Krum di Galilea.


"Kami takut pecahnya perang, hal itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan mata pencaharian ekonomi," tutur pensiunan perawat tersebut.

×