Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Mei 24, 2024 Last Updated 2024-05-24T08:36:10Z


Para ilmuwan telah menemukan kemungkinan asal mula medan magnet Matahari.


Temuan ini sekaligus membantah dugaan para ilmuwan selama ini.


Dengan menggunakan simulasi komputer yang kompleks, mereka mendapati medan magnet Matahari muncul dari ketidakstabilan plasma di seluruh lapisan terluar permukaan Matahari, bukan bukan dari dalam bintang.


Jika benar, temuan ini dapat memberi peluang yang lebih baik untuk memprediksi jilatan api Matahari dan badai yang dapat menyebabkan pemadaman listrik, melumpuhkan internet, dan bahkan membuat satelit jatuh ke Bumi.


Para peneliti mengungkapkan temuan mereka dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature.


Bagaimana penelitian menjelaskan penemuan tersebut?


Dilansir dari Live Science, Rabu, Matahari adalah bola plasma raksasa dengan muatan ion-ion yang berputar untuk menciptakan medan magnet kuat.


Wilayah plasma yang mengalir dan bergolak tersebut dikenal sebagai "zona konveksi", yang mencakup sepertiga teratas radius Matahari, membentang dari permukaan hingga sekitar 124.000 mil (200.000 kilometer) di bawah permukaannya.


Meski demikian, garis-garis medan magnet tidak dapat bersilangan satu sama lain, sehingga terkadang menjadi kusut dan patah secara tiba-tiba.


Kondisi itu memicu semburan radiasi yang disebut jilatan api Matahari atau gumpalan besar material surya yang disebut lontaran massa koronal (CME) ke luar angkasa.


Setelah diluncurkan, CME bergerak dengan kecepatan jutaan mil per jam dan menyapu partikel bermuatan dari angin Matahari untuk membentuk gabungan gelombang raksasa.


Jika diarahkan ke Bumi, gelombang raksasa itu dapat memicu badai geomagnetik.


Namun, para peneliti tidak yakin secara pasti dari mana sebagian besar daya tarik Matahari berasal.


Sebelumnya, para ilmuwan telah mencoba menyelesaikannya menggunakan simulasi komputer 3D untuk memetakan aliran plasma. Akan tetapi, model ini cenderung terlalu sederhana.


“Simulasi tersebut memerlukan jutaan jam pada fasilitas superkomputer nasional, namun apa yang dihasilkannya masih jauh dari gejolak Matahari sebenarnya,” kata Burns.


Gunakan data yang berbeda dari sebelumnya


Untuk studi baru ini, para peneliti beralih ke data yang diambil dari bidang yang dikenal sebagai helioseismology.


Penelitian tersebut menggunakan pengamatan getaran yang melintasi permukaan luar Matahari untuk menyimpulkan struktur di dalamnya.


Dengan model algoritma getaran permukaan, hasilnya menunjukkan perubahan aliran plasma pada 5-10 persen teratas permukaan Matahari, paling sesuai dengan medan magnet yang terlihat dari luar.


Ketika mereka menambahkan kemungkinan efek yang dihasilkan oleh lapisan Matahari yang lebih dalam, gambarannya menjadi lebih suram dan tidak lagi berpasangan dengan medan magnet Matahari yang diamati.


“Fitur-fitur yang kita lihat saat melihat Matahari, seperti corona yang banyak dilihat orang saat gerhana Matahari baru-baru ini, bintik Matahari, dan jilatan api Matahari, semuanya terkait dengan medan magnet Matahari,” kata Burns.


“Kami menunjukkan bahwa gangguan terisolasi di dekat permukaan Matahari, jauh dari lapisan terdalam, dapat berkembang seiring berjalannya waktu sehingga berpotensi menghasilkan struktur magnet yang kita lihat,” tambahnya.


Dengan mengembangkan lebih lanjut model mereka, para peneliti berharap dapat lebih memahami dan memprediksi badai Matahari.

×