Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Mei 14, 2024 Last Updated 2024-05-14T08:15:36Z


Rusia menemukan cadangan minyak dan gas yang sangat besar di Antarktika, dalam area yang sebagian wilayahnya telah diklaim oleh Inggris.


Total, mereka menemukan hampir 511 miliar barel minyak atau sekitar 10 kali lipat dari produksi Laut Utara selama 50 tahun.


Penemuan tersebut juga telah dilaporkan ke Moskwa oleh kapal-kapal riset Rusia, menurut bukti yang diberikan kepada Komite Audit Lingkungan (EAC) minggu lalu.


Hal ini menyusul serangkaian survei yang dilakukan oleh kapal Alexander Karpinsky yang dioperasikan oleh Rosgeo, badan Rusia yang ditugaskan untuk menemukan cadangan mineral untuk eksploitasi komersial.


Antarktika seharusnya dilindungi


Dikutip dari Telegraph, Antarktika seharusnya dilindungi oleh Perjanjian Antarktika tahun 1959. Dalam perjanjian tersebut, ada larangan semua pengembangan mineral atau minyak yang dilakukan di kawasan tersebut.


Adapun kepentingan Inggris telah diawasi oleh Kementerian Luar Negeri. Akan tetapi, Inggris dituduh mengabaikan krisis yang terjadi di Antarktika.


Anggota parlemen Inggris, David Rutley pekan lalu mengatakan kepada EAC bahwa departemennya telah memutuskan untuk mempercayai jaminan Rusia bahwa mereka hanya melakukan penelitian ilmiah.


“Rusia baru-baru ini menegaskan kembali komitmennya terhadap elemen-elemen kunci dari perjanjian tersebut,” ujarnya.


Meski demikian, para ahli di kawasan tersebut tidak setuju dengan Inggris.


Mereka bahkan memperingatkan bahwa "menaruh kepercayaan pada Rusia untuk mematuhi kewajibannya adalah hal yang naif", seperti yang ditunjukkan Rusia dalam invasinya ke Ukraina.


Rusia diduga mencari cadangan minyak dan gas

Di sisi lain, profesor geopolitik di Royal Holloway College sekaligus seorang ahli di Antarktika, Klaus Dodds mengatakan, kegiatan Rusia jauh lebih dekat dengan pencarian minyak dan gas, dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya.


“Perjanjian Antarktika menghadapi tantangan baru, paling tidak dari aktor yang beritikad buruk, Rusia dan China yang semakin tegas," ungkap dia.


Pasalnya, Rosgeo telah terlibat dalam survei seismik dan pekerjaan survei terkait lainnya.


"Kegiatan Rusia perlu dipahami sebagai keputusan untuk merusak norma-norma yang terkait dengan penelitian survei seismik, dan pada akhirnya menjadi pendahulu untuk ekstraksi sumber daya yang akan datang,” tambahnya.


EAC memutuskan untuk menantang manajemen Kementerian Luar Negeri atas kepentingan Antarktika Inggris menyusul laporan di Daily Maverick, sebuah jurnal online Afrika Selatan, yang menemukan aktivitas Moskwa setelah kapal surveinya berlabuh di Cape Town.


Adapun, isu-isu semacam itu kemungkinan akan menjadi topik utama di India akhir bulan ini dalam pertemuan tahunan para penandatangan Perjanjian Antarktika, saat Rusia akan ditantang mengenai rencananya mengekstraksi bahan bakar fosil.


Bagaimana bisa Antarktika memiliki cadangan minyak dan gas?

Adapun, Wilayah Antarktika Britania (BAT) merupakan wilayah terbesar dan paling selatan dari 14 wilayah luar negeri Inggris.


Selain itu, wilayah tersebut juga menjadi wilayah yang paling tidak ramah lantaran 99 persen wilayahnya tertutup es.


Namun, pada masa prasejarah, wilayah tersebut memiliki iklim yang lebih hangat, dengan vegetasi yang berpotensi memungkinkan terbentuknya cadangan bahan bakar fosil.


Wilayah tersebut juga membentang ke arah barat laut dari Kutub Selatan, mencakup Semenanjung Antarktika dan Laut Weddell, yang secara historis terkenal sebagai tempat tenggelamnya kapal Endurance milik Ernest Shackleton.


Kendati demikian, sebagain besar BAT juga diklaim oleh Argentina dan Cile, yang akan semakin memanas jika bukti-bukti dari survei seismik Rusia dibuktikan dengan pengeboran berikutnya.


Ketegangan bisa menjadi ancaman bagi masa depan Antarktika


Pakar lain memperingatkan, konflik Ukraina serta persaingan antara China dan Amerika Serikat adalah ancaman terbesar bagi masa depan Antarktika.


Profesor Alan Hemmings, komandan stasiun Survei Antarktika Inggris selama perang Falklands 1982 antara Argentina dan Inggris mengatakan, ketegangan yang meningkat dapat menghancurkan perjanjian yang telah melindungi Benua Beku tersebut dari pembangunan.


Perjanjian ini akan ditinjau kembali pada tahun 2048, namun negara mana pun yang terlibat juga dapat meninggalkan perjanjian tersebut kapan pun mereka mau.


“Tidak akan pernah ada waktu yang tepat untuk mengekstraksi hidrokarbon dari Antarktika. Hal yang akan menenggelamkan kita semua adalah segala upaya untuk mewujudkan hidrokarbon Antarktika dan seperti yang kita lihat, hal tersebut justru menjadi fokus aktivitas Rusia saat ini," ujarnya.


“Kita berada di tengah ketegangan yang sangat serius antara negara-negara Barat dan Rusia mengenai Ukraina dan antara AS dan China sehubungan dengan hegemoni global,” imbuhnya.


Albert Lluberas Bonaba, sekretaris eksekutif Sekretariat Perjanjian Antarktika, yang berbasis di Buenos Aires, Argentina, mengatakan masalah tersebut akan dibahas pada konferensi tahunan organisasi tersebut.


Meski demikian, ia tidak akan mengomentari ketegangan seputar aktivitas Rusia.


Dalam sebuah pernyataan, Kantor Luar Negeri, Persemakmuran & Pembangunan mengulangi penerimaannya atas janji Rusia.


“Rusia telah berulang kali meyakinkan Pertemuan Konsultatif Perjanjian Antarktika bahwa kegiatan ini adalah untuk tujuan ilmiah,” ungkapnya.


Kendati demikian, Rosgeo, yang berkantor pusat di Moskwa, tetap tidak memberikan komentar.

×