Ketika Iran menyerang pangkalan Amerika Serikat (AS) Al Udeid di Qatar pada Senin (23/6/2025), baik Washington maupun Doha tak membalas gempuran tersebut.
Bahkan, serangan tersebut langsung disambut gencatan senjata antara Iran dan Israel sehari setelahnya, Selasa (24/6/2025). Rupanya ada pesan berantai yang tidak banyak diketahui publik.
Kisah tersebut bermula sebelum Iran menyerang pangkalan Al Udeid, sebagaimana dilansir CNN.
Mulanya, sejumlah pejabat tinggi Qatar bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk mencari cara meredakan konflik antara Iran dan Israel.
Pada Senin sore, personel kementerian pertahanan memperingatkan tentang rudal Iran yang masuk ke Teluk Arab. Serangan tersebut mengejutkan banyak pihak.
Qatar mengkhawatirkan skenario terburuk: serangan rudal Iran menghancurkan citra stabilitas mereka dalam kecamuk perang Iran dan Israel, yang berpuncak pada serangkaian serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025).
Bahrain, tempat Komando Angkatan Laut AS berada, memberi tahu penduduk untuk tidak menggunakan jalan utama.
Sedangkan Kuwait, yang menjadi tuan rumah beberapa pangkalan militer AS, mengaktifkan tempat perlindungan di kompleks kementerian.
Di dekat Dubai dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), beberapa penduduk memesan penerbangan awal dan yang lainnya menimbun persediaan.
Di Doha, warga yang gelisah berada dalam kondisi waspada tinggi. Warga negara AS dan Inggris di Qatar juga diminta untuk mencari perlindungan, sedangkan personel militer Amerika telah dievakuasi dari Pangkalan Al Udeid.
Sistem radar militer peringatan dini Qatar, salah satu yang tercanggih di kawasan itu, dan informasi intelijen yang dikumpulkan mengindikasikan bahwa rudal Iran telah bergerak menuju Qatar pada hari itu.
Namun, tidak ada yang pasti hingga sesaat sebelum serangan.
"Masih banyak target di kawasan itu. Tetapi menjelang akhir sangat jelas, sistem rudal mereka sedang aktif dan kami memiliki ide yang sangat jelas satu jam sebelum serangan, Pangkalan Al Udeid akan menjadi sasaran" kata seorang pejabat Qatar yang memiliki pengetahuan tentang operasi pertahanan.
Respons serangan
Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, pejabat Qatar diberitahu oleh militer mereka bahwa rudal Iran mengudara dan menuju pangkalan Al Udeid.
Angkatan bersenjata Qatar mengerahkan 300 personel dan mengaktifkan beberapa sistem pertahanan rudal Patriot di dua lokasi untuk melawan 19 rudal Iran yang melesat ke negara tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan, serangan tersebut mengejutkan banyak pihak, termasuk negaranya.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa 14 rudal ditembakkan dari Iran. Pasukan Qatar lalu berkoordinasi erat dengan AS.
Tujuh rudal dicegat di Teluk Persia sebelum mencapai tanah Qatar, lapor Al-Ansari.
11 rudal lainnya dicegat di Doha tanpa menyebabkan kerusakan dan satu rudal mendarat di daerah tak berpenghuni di pangkalan tersebut yang menyebabkan kerusakan minimal.
Pesan berantai
Menurut Trump, Iran telah memberi AS pemberitahuan awal sebelum serangan itu.
Doha juga menerima informasi intelijen dari Washington, namun mereka tidak menerima peringatan langsung dari Iran, menurut Al-Ansari.
Akan tetapi, para pejabat sangat menyadari bahwa pangkalan AS di wilayah tersebut dapat menjadi sasaran.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa peringatan itu ditegaskan kembali kepada negara-negara Teluk Arab dalam sebuah pertemuan di Istanbul, Turkiye, sehari sebelum serangan Iran terhadap Qatar.
Setelah serangan, Dewan Keamanan Nasional Iran mengatakan bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi Qatar yang dianggap Teheran bersahabat dan bersaudara.
Namun, Al-Ansari menolak spekulasi bahwa Qatar mungkin telah memberikan lampu hijau untuk serangan itu guna menciptakan jalan keluar bagi eskalasi regional.
"Kami tidak menganggap enteng jika negara kami diserang rudal dari pihak mana pun dan kami tidak akan pernah melakukan itu sebagai bagian dari sikap politik atau permainan di kawasan," katanya.
"Kami tidak akan menempatkan rakyat kami dalam bahaya. Saya tidak akan menempatkan putri saya di bawah rudal yang datang dari langit hanya untuk mendapatkan hasil politik. Ini benar-benar kejutan bagi kami," sambungnya.
Gencatan senjata Iran-Israel
Beberapa saat setelah serangan, Trump menelepon Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani dan mengatakan kepadanya bahwa Israel bersedia menyetujui gencatan senjata dan memintanya melakukan hal yang sama untuk Iran, menurut Al-Ansari.
"Saat kami berdiskusi tentang cara membalas serangan, saat itulah kami mendapat telepon dari AS bahwa kemungkinan gencatan senjata, kemungkinan jalan menuju keamanan regional telah terbuka," kata Al-Ansari.
Peran Doha sebagai mediator segera menjadi kunci setelah serangan tersebut. Kepala negosiator Qatar Mohammed bin Abdulaziz Al-Khulaifi berbicara kepada Iran sementara Perdana Menteri Qatar berbicara kepada Wakil Presiden AS JD Vance.
Al-Ansari menuturkan, dengan segera, para pihak dapat mengamankan kesepakatan dan tepat pada waktunya.
"Semua opsi tersedia malam itu. kami bisa langsung membalas atau menarik diri dan mengatakan kami tidak akan berbicara dengan negara yang mengirim 19 rudal ke arah kami. Namun kami juga menyadari bahwa itu adalah momen yang dapat menciptakan momentum perdamaian di kawasan yang sudah tidak ada selama dua tahun ini," kata Ansari.
Tak lama setelah itu, Trump menyatakan di media sosial bahwa gencatan senjata antara Iran dan Israel telah tercapai. Akhirnya, kedua belah pihak mengonfirmasi gencatan senjata dan perang selama 12 hari berakhir.