Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif impor untuk negara-negara anggota BRICS.
Ia menyebut siap mengenakan tarif sebesar 10 persen untuk seluruh negara dalam kelompok tersebut.
“Ketika saya mendengar tentang kelompok BRICS ini, yang terdiri dari enam negara, pada dasarnya, saya menyerang mereka dengan sangat, sangat keras. Dan jika mereka benar-benar terbentuk, itu akan segera berakhir,” kata Trump, Jumat (18/7/2024), tanpa menyebut negara secara spesifik, dilansir Reuters.
“Kita tidak boleh membiarkan siapa pun mempermainkan kita,” sambungnya.
BRICS kini dihuni oleh Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, serta sejumlah anggota baru seperti Iran dan Indonesia.
Negara-negara ini dikenal memiliki cadangan komoditas besar, mulai dari energi, pangan, hingga logam.
Ancaman tarif ini berpotensi langsung menekan ekspor dari negara BRICS ke pasar AS.
Dalam pernyataan terpisah, Trump secara khusus menargetkan Brasil dengan tambahan tarif sebesar 50 persen yang mulai berlaku Agustus.
Washington juga membuka penyelidikan atas praktik perdagangan Brasil yang dianggap tidak adil.
Trump mengumumkan ancaman ini pada 6 Juli sebagai respons terhadap apa yang ia sebut sebagai “kebijakan anti-Amerika” dari BRICS.
Ia juga menuduh, tanpa bukti, kelompok itu dibentuk untuk melemahkan dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Trump juga kembali menegaskan sikapnya soal dolar dan teknologi keuangan.
“Saya tidak akan pernah mengizinkan pembentukan mata uang digital bank sentral di Amerika,” ujarnya.
Sejumlah pemimpin BRICS telah membantah tuduhan anti-Amerika.
Namun, dalam pertemuan puncak di Brasil tahun lalu, para anggota memang menyuarakan kritik terhadap kebijakan perdagangan dan militer Washington.
Brasil sempat mengusulkan pembentukan mata uang bersama. Rencana itu dibatalkan Februari lalu.
Meski begitu, BRICS tetap mengembangkan sistem pembayaran lintas negara bernama BRICS Pay, untuk memfasilitasi transaksi dalam mata uang lokal.
BRICS kerap dipandang sebagai tandingan dari forum global seperti G7 dan G20. Forum-forum tersebut dinilai semakin terpecah sejak AS mengedepankan kebijakan “America First” di bawah Trump.
Jika tarif benar-benar diberlakukan, tekanan terhadap ekspor komoditas dari negara BRICS akan meningkat.
Indonesia bisa ikut terdampak. Komoditas utama seperti karet, batu bara, dan nikel masuk dalam kategori berisiko.
Dengan kurs 1 dolar AS setara Rp 16.314,15, tarif 10 persen berarti tambahan biaya sekitar Rp 1.631 per setiap dolar nilai ekspor.