Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Fenomena "Bediding" Kembali Terjadi, Ini Wilayah yang Dilanda Suhu Dingin Ekstrem

Juli 12, 2025 Last Updated 2025-07-12T02:04:54Z


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, fenomena bediding atau suhu dingin ekstrem kembali terjadi di berbagai daerah Indonesia.


Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani mengungkapkan, bediding adalah bagian dari pola musim yang biasa terjadi pada puncak musim kemarau.


"Bediding adalah istilah lokal untuk menggambarkan suhu udara yang sangat dingin,” kata dia,  dikutip dari Kompas.com, Kamis (10/7/2025).


Ida memperkirakan, potensi bediding tersebut akan berlangsung dari Juli sampai dengan awal September 2025.


Sementara, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan bahwa fenomena ini membuat suhu pada malam hingga pagi hari sangat dingin.


“Suhu semakin dingin dari malam hingga pagi,” kata Guswanto kepada Kompas.com, Jumat (11/7/2025).


Lantas, apa penyebab dan di mana saja bediding terjadi?


Penyebab bediding


Guswanto menyampaikan, ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena bediding tersebut.


“Di antara penyebab itu adalah karena adanya Angin Monsun Australia dan posisi Matahari yang berada di sisi utara Bumi,” tuturnya.


Kemudian, bediding juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti langit cerah dan udara kering yang terjadi pada malam hari.


Karena langit cerah yang ditandai jarangnya tutupan awan, maka radiasi panas dari permukaan Bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan.


Hal tersebut kemudian menyebabkan terjadinya penurunan suhu yang signifikan di permukaan Bumi.


Akibat jarangnya hujan yang terjadi, maka kelembapan udara menjadi rendah dan uap air di dekat permukaan Bumi juga sedikit.


Udara pun menjadi kering karena kurangnya uap air, dengan memiliki kapasitas panas lebih rendah. Hal itu membuat udara kering lebih cepat kehilangan panas.


Penurunan suhu itu pun terjadi secara kontinyu atau terus-menerus dari malam hingga pagi hari sebelum Matahari terbit.


Wilayah yang mengalami bediding


Guswanto menyampaikan, fenomena bediding ini biasanya terjadi di wilayah selatan ekuator atau khatulistiwa.


“Fenomena bediding biasanya terjadi di wilayah selatan ekuator, misalnya Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” ungkapnya.


Menurut Guswanto, bediding ini semakin lebih terasa di wilayah-wilayah dataran tinggi, seperti Lembang, Dieng, dan Bromo.


Dinginnya suhu di wilayah dataran tinggi terjadi karena suhu akan turun setengah derajat Celsius per satu kilometer.


Kondisi tersebut menyebabkan wilayah di dataran tinggi terasa lebih dingin, khususnya pada malam hari.


Bahkan, saat ini muncul embun upas atau embun beku di wilayah Dieng dan bisa dilihat masyarakat pada pagi hari.


“Saat ini di Dieng sudah muncul embun upas, suhu malam-pagi hari sudah mencapai 5 derajat Celsius,” pungkas Guswanto.


Sedangkan dilansir dari Kompas.com (10/07/2025), dalam laporan Suhu Minimum Indonesia periode Selasa (1/7/2025) hingga Selasa (8/7/2025), BMKG menemukan delapan wilayah dengan suhu paling dingin di Indonesia.


Ini daftarnya:


Selasa (1/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)

Rabu (2/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)

Kamis (3/7/2025): Enarotali, Papua Tengah (13 derajat Celsius)

Jumat (4/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)

Sabtu (5/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)

Minggu (6/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (13 derajat Celsius)

Senin (7/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (11 derajat Celsius)

Selasa (8/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (12 derajat Celsius).

×