Di tengah budaya kesehatan masyarakat Indonesia, istilah masuk angin begitu populer dan bahkan dianggap sebagai penyakit yang umum terjadi. Saat badan terasa tidak enak, pegal, kembung, atau menggigil setelah kehujanan, tak sedikit yang langsung menyimpulkan: "Saya masuk angin." Tapi benarkah kondisi ini ada dalam dunia medis? Ataukah ini sekadar istilah khas yang mencerminkan kumpulan gejala tertentu?
Secara ilmiah, masuk angin tidak dikenal sebagai diagnosis medis resmi. Dunia kedokteran menganggap gejala yang biasa disebut sebagai masuk angin seperti mual, meriang, sakit kepala, atau perut kembung sebagai tanda dari kondisi lain, misalnya infeksi virus ringan seperti flu, gangguan pencernaan, atau kelelahan. Masyarakat kita terbiasa mengaitkan gejala tersebut dengan "angin yang masuk ke tubuh", padahal secara medis, tidak ada konsep gas dari luar bisa masuk dan terjebak dalam tubuh manusia.
Banyak mitos berkembang dari generasi ke generasi. Misalnya, angin bisa dikeluarkan lewat kerokan atau penggunaan minyak angin. Padahal, sensasi hangat dari minyak atau kerokan hanya membantu meredakan ketegangan otot dan memberikan rasa nyaman sementara, bukan menyembuhkan penyebab sebenarnya. Bahkan mitos yang menganggap masuk angin bisa berkembang menjadi "angin duduk" sangat menyesatkan. Kenapa? Karena angin duduk dalam istilah medis adalah angina, yaitu gejala nyeri dada akibat penyumbatan pembuluh darah jantung, dan bukan kelanjutan dari masuk angin.
Jadi, apa sebenarnya yang membuat tubuh terasa seperti "masuk angin"? Umumnya, ini terjadi saat daya tahan tubuh menurun, terutama di musim hujan atau saat tubuh kelelahan. Cuaca dingin, kurang tidur, dan paparan virus bisa memicu reaksi tubuh seperti menggigil, tidak enak badan, hingga gangguan pencernaan. Gejala-gejala inilah yang dikemas masyarakat sebagai masuk angin.
Lalu, bagaimana cara menjaga tubuh agar tidak mudah "masuk angin"? Jawabannya kembali ke gaya hidup sehat: tidur cukup 7--8 jam per malam, makan makanan bergizi terutama makanan hangat dan bernutrisi, cukup minum air putih, berolahraga ringan secara teratur, mengenakan pakaian hangat saat cuaca dingin, dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan. Tak kalah penting, perkuat imunitas tubuh dengan asupan vitamin C dan D dari makanan atau suplemen.
Dengan memahami bahwa masuk angin bukanlah penyakit, melainkan gejala dari ketidakseimbangan tubuh, kita dapat beralih dari mitos ke pendekatan yang lebih ilmiah dan efektif. Maka, saat tubuh mulai terasa tidak nyaman, alih-alih langsung kerokan, ada baiknya kita beristirahat cukup, minum air hangat, dan mengonsumsi makanan bernutrisi. Dan jika keluhan berlanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Karena menjaga kesehatan bukan sekadar tradisi, tapi juga soal pemahaman yang tepat.