Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Setelah Hampir 2 Tahun Berperang, Bagaimana Kekuatan Hamas?

Juli 11, 2025 Last Updated 2025-07-11T08:36:56Z


SETELAH 21 bulan berperang, kehilangan banyak pemimpin dan pejuang, Hamas masih tetap menjadi lawan yang menakutkan bagi Israel. Brigade al Qassam tetap mampu mempertahankan serangan-serangan di Gaza di lapangan, sementara Hamas melawan tekanan militer "Israel" dan mempertahankan operasi yang terorganisir, demikian dilaporkan Al Mayadeen.


Para pejuang Brigade al Qassam, sayap militer Hamas, masih melakukan serangan yang presisi dan terorganisir dengan baik di berbagai wilayah pertempuran, menggunakan intelijen lapangan untuk memandu operasi mereka bahkan di bawah tekanan militer yang berat, ungkap sumber keamanan Israel kepada situs web Walla.


Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Telegram pada Selasa, 8 Juli 2025, juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, memperingatkan akan adanya kerugian lebih lanjut di pihak Israel serta potensi penangkapan di masa depan seiring dengan meningkatnya perang gesekan di Gaza.


Bagaimana Hamas Melancarkan Serangan Presisi terhadap Tentara Israel?


Menurut sumber keamanan, para pejuang Hamas memanfaatkan informasi intelijen untuk melaksanakan operasi yang berulang dan terorganisir. Operasi tersebut meliputi serangan penembak jitu, tembakan senjata ringan terhadap pasukan Israel, peluncuran rudal serta mortir anti-tank, dan juga peledakan alat peledak jarak jauh yang menargetkan kendaraan militer Israel.


Dalam penilaian keamanan Israel, Hamas berhasil menunjuk komandan lapangan baru dan mengaktifkan jaringan yang mereka sebut sebagai "gerilya militer". Unit-unit ini menerima arahan dari pimpinan pusat yang berada di Kota Gaza dan kamp-kamp utama, kemudian mendistribusikan perintah tersebut ke unit-unit tempur yang beroperasi di lapangan.


Seorang perwira cadangan senior memperingatkan bahwa peningkatan suhu dan kelembapan di Jalur Gaza berdampak buruk pada kinerja tentara Israel dan menurunkan kewaspadaan operasional mereka. Kondisi ini memberikan peluang lebih besar bagi para "penyabot" untuk melancarkan serangan yang berhasil.


Sebelumnya, surat kabar Israel, Maariv, mengakui bahwa perubahan mendasar yang diharapkan Israel untuk dicapai melalui Operasi Kereta Perang Gideon di Gaza masih sulit dipahami. Dalam laporan yang sama, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth menyatakan bahwa Hamas belum hancur, meskipun pejabat Israel berkali-kali mengklaim bahwa kelompok tersebut berada di ambang kehancuran, menghadapi kekalahan yang tak terelakkan, atau bahkan menyerah.


Yedioth Ahronoth menegaskan bahwa kenyataan justru bertolak belakang dengan penilaian tersebut karena Hamas terus membangun kembali kemampuannya di setiap area di mana tentara Israel tidak beroperasi.


Situasi ini berlangsung ketika Perlawanan Palestina terus memberikan banyak korban jiwa di pihak pasukan pendudukan Israel melalui penyergapan-penyergapan canggih yang dilakukan dalam kondisi yang sangat keras.


Berapa Banyak Korban dari IDF?


Dari perang gerilya yang dilancarkan para pejuang Hamas, IDF telah kehilangan banyak prajuritnya. Misalnya, pada malam 7 Juli, para pejuang melakukan penyergapan terhadap tentara Israel di Gaza Utara. Media Israel menyebutkan bahwa serangan tersebut menewaskan sedikitnya lima tentara dan melukai 14 lainnya, termasuk beberapa dalam kondisi kritis.


Beberapa tentara yang tewas dibakar hidup-hidup dalam operasi tersebut, yang mirip dengan penyergapan serupa pada 24 Juni, ketika pejuang Perlawanan Palestina menyerang unit zeni tempur lapis baja, yang mengakibatkan tewasnya tujuh tentara Israel.


Penyergapan tersebut terjadi di Beit Hanoun, sebuah kota di Gaza utara yang telah menghadapi serangan militer Israel tanpa henti sejak 7 Oktober 2023, menurut berbagai laporan.


Dalam serangan sebelumnya, para pejuang dari Brigade al Qassam, sayap bersenjata Hamas, dilaporkan menggunakan alat penetrator peledak (EFP), melemparkannya ke palka pengangkut personel lapis baja (APC) Puma.


Pada Selasa, komando militer Israel mengonfirmasi bahwa lima tentaranya, termasuk dua perwira, tewas dalam serangan yang digambarkan sebagai bom pinggir jalan, sementara 14 lainnya mengalami luka-luka, dengan dua dilaporkan berada dalam kondisi serius.


Berapa Kekuatan Pejuang Hamas Saat Ini?


Angka sebenarnya tentang berapa banyak pejuang yang dimiliki Hamas saat ini sulit dipastikan. Namun, mantan luar negeri Antony Blinken mengatakan dalam pidato terakhirnya sebelum lengser, 14 Januari 2025, bahwa AS menilai Hamas telah merekrut militan baru hampir sama banyaknya dengan jumlah militan yang hilang. "Itu adalah resep untuk pemberontakan yang bertahan lama dan perang abadi," katanya.


Dilansir El Pais, militer Israel memperkirakan Hamas masih mempertahankan sekitar 40.000 pejuang di Gaza, angka yang konsisten dengan jumlah militan yang dimilikinya sebelum pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023. Penilaian ini dilaporkan oleh beberapa media Israel yang mengutip sumber militer anonim.


Meskipun hampir dua tahun konflik, Hamas diyakini telah mempertahankan sebagian besar kemampuan militernya, termasuk ribuan roket jarak pendek dan sebagian besar jaringan terowongannya yang luas, yang dilaporkan membentang lebih dari 500 kilometer di bawah Jalur Gaza sebelum perang. Sistem terowongan ini sebagian besar masih utuh, terutama di bawah Kota Gaza, Khan Younis, dan berbagai kamp pengungsi.


Hingga Maret 2025, di bawah komando Herzi Halevi, militer Israel menganggap Hamas bukan lagi pasukan operasional terpadu, dan mengaitkan serangan dengan sel-sel independen yang bertindak secara sporadis.


Apa Strategi Israel dalam Menghadapi Pejuang Hamas?


Namun, dengan penunjukan Eyal Zamir sebagai kepala IDF yang baru, pandangan ini berubah. Israel kini menganggap Hamas sebagai entitas militer yang terorganisir dan terkoordinasi. Di bawah kepemimpinan Zamir, taktik Israel semakin intensif, dengan peningkatan daya tembak dan serangan terarah terhadap infrastruktur pemerintahan Hamas. Sejak Israel mengakhiri gencatan senjata secara sepihak pada 18 Maret 2025, Israel telah melancarkan sekitar 2.900 serangan udara di Gaza.


Strategi militer Israel saat ini, yang dikenal sebagai Operasi Gideon's Chariots, bertujuan untuk menguasai 75 persen wilayah Gaza dalam waktu dua bulan. Rencana ini mencakup relokasi penduduk Gaza ke tiga wilayah yang telah ditentukan: Kota Gaza, kamp-kamp pengungsi pusat, dan zona Al-Mawasi, yang sebelumnya dinyatakan Israel sebagai wilayah kemanusiaan tetapi juga telah dibom.


Tujuan di balik evakuasi massal ini adalah untuk mengacaukan pemerintahan Hamas, yang berpotensi memaksa kelompok tersebut ke dalam krisis yang dapat berujung pada gencatan senjata berdasarkan ketentuan Israel.


Penilaian Israel ini sejalan dengan perkiraan intelijen AS sebelumnya dari Januari 2025, yang menunjukkan Hamas memperkuat barisannya dengan merekrut 10.000 hingga 15.000 pejuang selama 15 bulan sebelumnya, sebagai kompensasi atas kerugian selama konflik. Banyak dari rekrutan ini dilaporkan masih muda dan kurang pengalaman tempur.


Ketika Hamas melancarkan serangan-serangan presisi yang hanya menargetkan para kombatan, Israel justru membunuh warga sipil tanpa pandang bulu. Seperti dilaporkan The New Arab, dalam salah satu kejadian paling mengerikan dalam perang Israel di Gaza, pada Kamis pagi, 10 Juli 2025, pesawat tempur Israel menargetkan kerumunan orang yang sedang menanti bantuan di Deir al-Balah, Gaza tengah. Serangan ini menewaskan 17 warga sipil Palestina, termasuk sepuluh anak-anak dan beberapa wanita.

×