Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indonesia Sebenarnya Tak Dijajah Belanda Selama 350 Tahun? Ini Kata Sejarawan

Agustus 21, 2025 Last Updated 2025-08-21T04:54:50Z

 



Unggahan yang menyebut Indonesia sebenarnya tidak dijajah Belanda selama 350 tahun belum lama ini viral di media sosial.


Unggahan foto tersebut dimuat oleh pengguna akun Instagram @RekamD******* pada Senin (18/8/2025).


Foto itu bertuliskan bahwa selama ini masyarakat Indonesia telah dibohongi sejarah. Sebab, Indonesia tidak dijajah Belanda 350 tahun.


“Dibohongi Sejarah! Indonesia Tidak Dijajah Belanda 350 Tahun!” tulis keterangan di foto unggahan tersebut.


Kemudian, pengunggah melampirkan video penjelasan mengenai informasi tersebut.


Video itu menyebut bahwa masa penjajahan Belanda di Indonesia itu awalnya disampaikan oleh Presiden Pertama Indonesia, Soekarno pada 1950.


Ketika itu, Soekarno mengatakan dirinya adalah anak bangsa yang menderita karena kolonialisme selama 350 tahun.


Video itu mengungkapkan, masa penjajahan mengacu ketika Belanda pertama kali datang ke Indonesia di Banten pada 1596. Saat itu, rombongan Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman.


Lantas, benarkah penjajahan Belanda di Indonesia tidak selama 350 tahun?


Penjelasan sejarawan


Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS), Susanto menyebut Belanda memang tidak menjajah Indonesia selama 350 tahun.


"Ya, betul," ungkap dia saat dimintai informasi Kompas.com, Selasa (19/8/2025).


Susanto mengungkapkan, klaim Soekarno mengenai Indonesia yang telah dijajah Belanda selama 350 tahun lebih ditujukan untuk mencari identitas nasional hingga membangun nasionalisme.


Angka 350 tahun itu biasanya dihitung sejak kedatangan penjelajah Belanda Cornelis de Houtman di Banten pada 27 Juni 1596.


Namun, jika dihitung sejak peristiwa itu, maka masa penjajahan seharusnya berakhir pada 1946. Padahal, Belanda sudah menyerah kepada Jepang pada masa Perang Dunia II.


“Betul-betul kolonial itu kira-kira abad 20,” terang Susanto.


Cornelis de Houtman sendiri tidak lama hidup di Nusantara. Ia tewas dibunuh oleh Laksamana Malahayati dari Aceh pada 11 September 1599.


Hanya langkahnya yang membuka jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda selanjutnya dan memicu berdirinya berbagai perusahaan dagang di kepulauan Nusantara.


Sejarawan UNS lainnya, Harto Juwono, menambahkan bahwa klaim Soekarno tentang penjajahan 350 tahun sejatinya merupakan retorika politik untuk membakar semangat rakyat.


“Klaim tersebut untuk membangkitkan semangat perjuangan Indonesia yang masih diganggu Belanda meski sudah memproklamasikan kemerdekaan,” ujarnya.


Harto juga mengingatkan adanya catatan lain yang memperkuat kesan lama penjajahan Belanda.


Pada 1933, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bonifacius Cornelis de Jonge dalam pidatonya di sidang Hooge Regering Hindia Belanda menyatakan, “Kita berada di sini sudah 300 tahun dan akan berada di sini 300 tahun lagi".


Pernyataan inilah, menurut Harto, yang ikut memperkokoh keyakinan bahwa Belanda menjajah Indonesia lebih dari tiga abad, meski faktanya lebih kompleks.


Kemunculan VOC


Kongsi dagang Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) kemudian berdiri pada 20 Maret 1602.


Berdirinya VOC agar para pedagang Belanda tidak saling bersaing dan bisa memonopoli perdagangan rempah Nusantara.


Namun, tidak seluruh wilayah Nusantara ditaklukkan oleh VOC hingga kejatuhannya karena mengalami kerugian akibat berbagai faktor.


Susanto mengungkapkan, VOC tidak secara langsung di bawah pemerintahan Belanda. Mereka hanya diberi hak oktroi.


Hak tersebut memberikan kewenangan VOC untuk menyatakan perang, membuat perjanjian, serta menciptakan mata uang hingga membangun benteng.


“VOC dibubarkan pada 1799,” ucap Susanto.


Ketika itu, dia menyebut bahwa warga pribumi menggunakan bahasa Melayu serta bahasa lokal untuk kehidupan sehari-hari.


Keruntuhan VOC tersebut juga dipengaruhi ditaklukkannya Belanda oleh Perancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte pda 1795.


Kekuasaan di bawah Perancis dan Inggris


Pada 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat sang adik, Louis Napoleon sebagai penguasa di Belanda. Mulai situ, muncullah nama Hindia Belanda.


Louis Napoleon kemudian mengirimkan Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.


“Daendels menjabat 3 tahun, sejak 1808 hingga 1811,” ujar Susanto.


Di masa pemerintahannya, Daendels membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan yang memanjang di utara Jawa.


Kekuasaan Perancis melalui pemerintahan boneka Belanda di Indonesia pun berakhir pada 1811, ketika Batavia diserang besar-besaran oleh Inggris.


Thomas Stamford Raffles pun diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1811. Selama memerintah, Raffles tinggal di Buitenzorg atau saat ini bernama Bogor, Jawa Barat.


Kekuasaan Inggris di Indonesia adalah periode singkat yang berlangsung selama sekitar lima tahun, sejak 1811 hingga 1816.


Melalui Konvensi London tahun 1814, Inggris menyerahkan kembali kekuasaan di Indonesia kepada Belanda. Namun penyerahan kekuasaan baru terealisasi pada 1816.


Belanda baru menaklukkan seluruh Nusantara pada awal 1900-an


Meski telah memperoleh kekuasaan Hindia Belanda dari Inggris, Belanda tidak benar-benar menguasai seluruh wilayah Nusantara.


Berbagai perlawanan untuk memerangi Hindia Belanda pun banyak terjadi di Nusantara pada saat itu, termasuk Perang Diponegoro.


Singkat cerita, penjajahan Belanda secara resmi baru benar-benar menguasai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1912.


Hingga pada masa Perang Dunia II, Belanda menyerah kepada Jepang. Kekuasaan wilayah Indonesia kemudian diambil alih Jepang.


“Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942,” tutur Santoso.


Jepang pun menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945 karena kalah dalam Perang Dunia II.

×