Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengungkapkan, banyak sekutu Amerika Serikat (AS) yang berbalik mengakui Palestina.
Menurut Hikmahanto, mereka telah kehilangan muka karena terus mendukung kebrutalan Israel.
Sejumlah sekutu AS telah berbalik mendukung Palestina, meski sebelumnya dikenal sebagai suporter Israel.
Setelah sebelumnya, Prancis dan Inggris yang mengungkapkan akan mengakui negara Palestina, kini Australia juga bakal ikut mengakui negara Palestina.
Pada Senin (11/8/2025), Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese menyatakan akan mengakui kedaulatan Palestina.
Pengakuan itu dilakukan secara resmi pada sidang Majelis Umum PBB pada September mendatang.
Menurut Hikmahanto, faktor kemanusiaan menjadi yang mendasari keputusan dari negara-negara sekutu AS mengakui kedaulatan Palestina.
“Jadi negara-negara ini yang biasa menceramahi tentang hak asasi manusia, tentang tidak digunakan kekerasan terhadap rakyat sipil, mereka sudah tidak bisa menolerir apa yang dilakukan oleh Israel,” ujarnya dalam dialog program Kompas Malam di Kompas TV, Senin malam.
Ia mengatakan, narasi yang kerap dilakukan Israel di awal perang di Gaza adalah melakukan serangan untuk menghancurkan Hamas, sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan ke Israel pada Oktober 2023.
Namun, saat ini apa yang dilakukan Israel sudah tidak lagi manusiawi dan proporsional jika dianggap sebagai serangan ke negara Zionis tersebut.
“Karena (mereka) menyerang rakyat sipil, perempuan, anak-anak dan laki-laki yang sudah tua tanpa pandang dulu, dan itu dari Israel, ini sudah terkuak informasi bahwa Israel di bawah Perdana Menteri (Benjamin) Netanyahu hendak menguasai Gaza, itu yang menjadi tujuan utama,” katanya.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia tersebut mengatakan, Israel hendak memastikan rakyat Palestina di Gaza tak akan ada lagi.
Untuk memuluskannya, Israel menggunakan berbagai cara, dengan penyerangan, menutup bantuan hingga membuat rakyat Palestina di Gaza kelaparan.
Bahkan sampai menembaki orang-orang yang berkumpul untuk mendapatkan bantuan makanan.
Hikmahanto mengatakan, kenyataan itu yang kemudian mendapat perhatian dari negara-negara sekutu AS, yang kerap menggemborkan hak asasi manusia sebagai sesuatu yang fundamental.
Bahkan seperti menjadi tamparan untuk mereka, mengingat dukungan yang kerap mereka berikan kepada Israel.
“Mereka (sekutu AS) sekarang sudah kehilangan muka, tidak lagi mempunyai moralitas untuk mengatakan hak asasi manusia di Gaza sudah diinjak-injak, dan terus mereka dukung,” ucapnya.
“Jerman saja sudah menghentikan bantuannya kepada Israel, meski Netanyahu mengatakan apa yang terjadi itu karena Jerman mendapatkan informasi yang salah dari para wartawannya,” tambahnya.