Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Polemik Pembelian Jet Tempur F-35 di Kanada, AS Marah Besar jika Dibatalkan

September 19, 2025 Last Updated 2025-09-19T02:56:05Z



Amerika Serikat (AS) memperingatkan Kanada akan menghadapi “konsekuensi serius” bila Ottawa membatalkan rencana pembelian jet tempur F-35.


Peringatan ini muncul saat Kanada tengah melakukan kajian ulang terhadap proyek senilai 19 miliar dollar Kanada (sekitar Rp 227 triliun) untuk membeli 88 jet tempur F-35. Kajian itu diperkirakan rampung pada akhir September 2025.


“Hasilnya akan difinalisasi pada akhir musim panas, sebelum diajukan ke Perdana Menteri Mark Carney untuk diputuskan,” kata juru bicara Departemen Pertahanan Nasional, Alex Tetreault, kepada Ottawa Citizen.


Pada Mei 2025 lalu, Duta Besar AS untuk Kanada Pete Hoekstra sudah memperingatkan bahwa mundurnya Kanada dari kesepakatan bisa mengancam kelangsungan Komando Pertahanan Aerospace Amerika Utara (NORAD).


Menurutnya, kedua negara harus mengoperasikan jenis jet tempur yang sama agar “tetap saling dapat dipertukarkan.”


NORAD sendiri adalah organisasi gabungan AS–Kanada yang bertugas menjaga langit benua Amerika melalui satelit, radar, hingga armada jet tempur untuk mendeteksi dan mencegat ancaman.


Perjalanan panjang pembelian F-35


Pada 2010, pemerintahan Konservatif di bawah Stephen Harper mengumumkan rencana pembelian 65 unit F-35A senilai 9 miliar dollar Kanada (sekitar Rp 107 triliun), dengan alasan memperkuat kedaulatan pertahanan, khususnya di wilayah Arktik.


Namun, pada pemilu 2015, Justin Trudeau dari Partai Liberal berjanji membatalkan rencana tersebut karena dianggap “tidak perlu dan terlalu mahal.”


Setelah menang, pemerintahannya meluncurkan Future Fighter Capability Project (FFCP) pada 2017, sebuah kompetisi terbuka untuk mengganti armada CF-18 Hornet yang menua.


Saingan F-35 produksi Lockheed Martin cukup banyak di awal, dari Boeing F/A-18 Super Hornet, Dassault Rafale, hingga Airbus Eurofighter Typhoon.


Namun, Dassault mundur pada 2018 karena masalah interoperabilitas terkait aliansi intelijen Five Eyes.


Airbus menyusul keluar pada 2019, menilai aturan tender menguntungkan Lockheed Martin. Boeing pun didiskualifikasi pada 2021 tanpa penjelasan detail.


Akhirnya, pada 2022 pilihan mengerucut antara F-35 dari AS dan Saab Gripen dari Swedia.


Ottawa kembali memilih F-35, dengan alasan kewajiban NATO, interoperabilitas NORAD, serta kebutuhan menjaga kedaulatan Arktik.


Keraguan terhadap program F-35 makin besar setelah US Government Accountability Office (GAO) mengungkapkan pada 3 September 2025 bahwa upgrade Block 4—versi yang akan dibeli Kanada—mengalami pembengkakan biaya 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 98 triliun) dan keterlambatan lima tahun.


Lockheed Martin juga gagal memenuhi target pengiriman 110 jet pada 2024, dengan rata-rata penundaan 238 hari, meningkat drastis dari 61 hari di tahun sebelumnya.


Departemen Pertahanan Nasional Kanada menyatakan terus memantau situasi, namun kritik menilai ini menunjukkan risiko besar bila Kanada terlalu bergantung pada program yang dikendalikan Washington.


Bahkan Letnan Jenderal (Purn) Yvan Blondin, yang dulu pendukung F-35, kini ikut meragukan. Ia menyinggung ketidakpastian dukungan AS di bawah pemerintahan Trump.


“Dukungan AS terhadap F-35 harus dipandang sama dengan Pasal 5 NATO: bisa ada, bisa tidak, dan itu di luar kendali kita,” kata Blondin.

×